Actasurya.com – Sekilas tak ada yang aneh dalam iklan yang muncul di media cetak dan media online Jateng Pos, 1 September 2018. Di iklan itu tertulis pengumuman bahwa Stikosa-AWS membuka pendaftaran bagi calon mahasiswa yang ingin menjadi jurnalis atau humas. Untuk membuatnya lebih menarik, di iklan itu juga ditulis, “Tersedia hanya 9 kursi lagi.”
Hal tak biasa dari iklan itu akan bisa diketahui kalau dibaca lebih detail dari redaksional iklannya. Iklan itu menulis nama kampus Stikosa-AWS dengan benar, tapi masalahnya pada kepanjangannya. Di iklan itu kepanjangan Stikosa-AWS ditulis Sekolah Tinggi Komunikasi Surabaya – Almamater Wartawan Senior. Padahal, kepanjangan yang tepat dan akurat adalah Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya.
Kepanjangan yang ganjil Stikosa-AWS di iklan Jateng Pos itu menjadi pertanyaan sejumlah mahasiswa Stikosa, dan sempat memancing keheranan pengelola kampus. Munculnya iklan itu juga mengundang tanda tanya, mungkinkah kampus sudah mengganti kepanjangan Stikosa-AWS tanpa ada pemberitahaun sebelumnya, atau memberitahu mahasiswa?
Hendro D Laksono, salah satu alumni Stikosa-AWS, sempat menduga apakah memang kampus mengubah singkatan tanpa melalui diskusi atau pemberitahuan, termasuk kepada para mahasiswanya. Jika itu yang terjadi, Hendro sangat menyayangkannya. “Hal ini merupakan tanda tidak adanya komunikasi yang baik mengenai akademik dan mahasiswa,” kata Hendro.
Bisa saja penulisan kepanjangan Stikosa dalam iklan itu semata karena kesalahan penulisan. “Jika memang benar ini hanya kesalahan dalam penulisan, berarti pihak akademik sangat tidak teliti dalam perihal ini,” kata Hendro. Menurut dia, ini juga bisa menjadi salah satu tanda mulai menurunnya kemampuan sumber daya kampus sehingga terkesan “sangat tidak menghormati sebuah nama.”
Pandangan senada disampaikan Reka Kajaksana, mahasiswa semester V Stikosa-AWS. Ia juga mempertanyakan iklan di Jateng Pos yang “mengganti” kepanjangan dari nama kampus ini. “Kalau diganti, ya harus ada alasannya, filosofinya, dan harus ada kesepakatan sama rakyat kampus,” kata Reka.
Tapi kalau memang semata karena kesalahan penulisan, Reka juga sangat menyayangkannya. Ia berharap kampus mengakui secara terbuka soal iklan ini, apakah karena salah penulisan atau karena soal yang lain. “Kesalahan ini memang terlihat sepele, tapi sungguh mencerminkan ketidakmampuan SDM di dalamnya,” tambahnya.
Berdasarkan penelusuran Acta Surya, ternyata iklan itu bukan dibuat langsung oleh pihak pengelola kampus yang beralamat di Taman Intan Nginden, Surabaya ini.
Menurut Galoh Murizky Novitry, Divisi Komunikasi Stikosa AWS, kampus memang beriklan dengan berbayar di sejumlah media di Kompas, Birawa, Surya, dan lain-lain. “Namun untuk promosi yang di luar Surabaya, khususnya yang di Jateng Pos, itu atas naungan Imawan Mashuri, Ketua Yayasan,” kata Galoh.
Imawan Mashuri adalah Ketua Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur, yang memang menaungi Stikosa AWS. Menurut informasi Galoh, Imawan yang meminta anak buahnya untuk membantu promosi kampus Stikosa-AWS ke luar Surabaya.
Menurut Galoh, iklan yang publikasikan hingga luar Jawa Timur ini, sebelumnya tidak dikonfirmasi lebih dulu kepada pihak kampus. Kampus, kata Galoh, hanya memberikan informasi mengenai batas waktu tanggal pendaftaran mahasiswa dibuka.
Saat dimintai klarifikasi soal itu, Imawan membenarkan telah memerintahkan pembuatan iklan tersebut. Dia mengakui kesalahan di iklan itu dan menyebutnya sebagai kekeliruan. “Pertama, itu salah ketik, karena materinya dibuatkan dan Stikosa sendiri tidak punya materi apapun, padahal punya lab dan sebagainya. Selain itu, iklannya gratis dan waktu yang mepet pet. Kedua saya setujui yang penting cepat,” ujarnya.
Imawan mengatakan, pembuat desain iklan tersebut awalnya ragu soal singkatan Stikosa-AWS tersebut. Pembuat desain awalnya menduga Stikosa-AWS itu singkatan dari Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya – Almamater Wartawan Surabaya. Karena ragu ada dua kata “Surabaya”, akhirnya ditulislah kepanjagannya menjadi “Sekolah Tinggi Komunikasi Surabaya – Almamater Wartawan Senior”
Kesalahan yang bisa dibilang fatal ini seharusnya diikuti dengan ralat terhadap iklan tersebut. Imawan mengaku sudah melakukan perbaikan terhadap iklan tersebut, namun tidak memberikan bukti. Bahkan hingga berita ini dimuat Acta Surya, iklan yang sama masih ada di Jateng Pos.
Acta Surya menemui Ketua Stikosa-AWS Ismojo Herdono soal iklan yang salah tersebut. Namun Ismojo tidak bisa memberi tanggapan secara langsung soal ini. Pendapat pengelola kampus disampaikan Puaisini Apriliyanti, Pembantu Ketua (PK) III.
Ia juga mengaku baru tahu ternyata ada kesalahan dalam iklan itu. “Mungkin menurut pak Imawan itu karena kampus kita tertua. Menurutnya AWS ini senior, jadi dikiranya Almamater Wartawan Senior. Tapi sebenarnya kan Almamater Wartawan Surabaya. I juga ketua yayasan baru,” ujarnya.
Saat ditanya apakah ke depan Stikosa AWS akan berganti nama seperti yang sudah ada di iklan itu, April mengaku tidak mengetahuinya. “Apa yayasan mau mengganti nama, itu saya tidak tahu,” kata dia.
Melalui PK III, Ismojo juga menyampaikan tanggapan soal kesalahan penulisan iklan di Jateng Pos itu. “Tanggapan pak Is, sebetulnya sama dengan jawaban pak Imawan. Masalah ini sudah selesai. Untuk nama (tetap) sesuai statuta. Jadi yang dipakai yang sudah tercantum di Statuta,” kata April.
Di tengah ramainya pembicaraan soal iklan di Jateng Pos tersebut, Zainal Arifin berbagi kisah soal kelahiran kampus ini. Menurut alumni Stikosa AWS tahun 1975 dan Ketua Stikosa AWS tahun 2007 ini, kelahiran kampus biru bermula dari usulan Menteri Luar Negeri, Roeslan Abdulgani, yang berkunjung ke Surabaya. Di sela-sela kunjungan itu beberapa wartawan Surabaya mewawancarainya. Dari wawancara itulah Roeslan lantas melontarkan pernyataaan yang mempertanyakan kualitas wartawan yang mewawancarainya.
Keprihatinan Roeslan itulah yang mendorong A. Azis, yang juga pendiri Surabaya Post, bersama sejumlah wartawan senior waktu itu akhirnya mendirikan sekolah khusus untuk wartawan. Sekolah itulah bernama Akademi Wartawan Surabaya (AWS), dengan jenjang diploma.
Pada tahun 1984, nama Akademi Wartawan Surabaya berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya. Dengan perubahan ini Stikosa AWS berjenjang Strata satu dengan tiga program studi, yaitu Jurnalistik, Public Relation, serta Broadcasting.
Menurut Zainal, pergantian nama Stikosa dengan menggandeng istilah AWS, juga mempunyai makna. Itu sebagai penanda bahwa kampus ini alamamaternya wartawan di Surabaya. Namun ia mengakui bahwa kata itu tidak sepenuhnya tepat. “Pertama, tidak semua wartawan Surabaya itu lulusan AWS, dan kedua, lulusan AWS itu tidak hanya di Surabaya, bahkan ada di mana-mana,” kata dia.
(N/F: Adi, Avit, Dila, Fitri)