Actasurya.com – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Stiksoa-AWS periode 2022-2023 telah melaksanakan sidang Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) terkait pelaksanaan program kerja secara hybrid melalui zoom meeting dan di Ruang 1.1 Stikosa-AWS, Minggu (14/1). Hal ini menandai berakhirnya masa kepemimpinan Bobby Firman Maulana Ibrohim sebagai Presiden BEM ‘Kabinet Serasi’.
Bobby membeberkan perihal banyaknya program kerja (proker) yang tidak berjalan. Kesibukan masing-masing anggota BEM menjadi salah satu alasan terhambatnya pelaksanaan program kerja yang telat dibuat.
“Dari total 30 program kerja, ada delapan proker yang tidak terlaksana,” ungkapnya.
Pada wawancara sebelumnya, mahasiswa semester tujuh ini menyampaikan salah satu goals BEM ‘Kabinet Serasi’ adalah pembenahan dokumen-dokumen yang hilang dari BEM periode sebelumnya.
“Goals program kerja BEM tahun ini adalah administrasi yang mencakup alur-alur birokrasi, AD/ART, serta surat menyurat. Jadi ingin membereskan dan menyusun kembali dokumen-dokummen yang sekiranya hilang atau teracak,” tuturnya pada Jumat (21/7/2023) lalu.
Mengenai progres yang berjalan, Bobby mengungkapkan masih 30 persen. Meski begitu, ia menargetkan panduan BEM itu akan dirampungkan pada pertengahan Februari.
Bobby menyampaikan ia beserta jajaran kabinetnya akan bertanggung jawab melakukan pendampingan untuk BEM selanjutnya.
“Kita sudah merancang sebuah panduan berisi apa yang harus dilakukan dan semua hal yang dibutuhkan BEM untuk bergerak. Poinnya adalah kita akan siap untuk membimbing BEM selanjutnya yang meneruskan tongkat estafet organisasi BEM Stikosa-Aws,” jelasnya.
Perlu diketahui, Bobby terpilih sebagai presbem secara aklamasi dengan membawa visi menjadikan BEM Stikosa-AWS sebagai organisasi yang berintegritas, adil, disiplin, dan berakhlak mulia di masyarakat dan kampus. Sedangkan misinya adalah menjadikan BEM sebagai wadah untuk menerima dan bertindak atas aspirasi mahasiswa yang relevan bagi mahasiswa dan kampus.
Tanggapan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Menanggapi pernyataan Bobby tersebut, ketua umum (Ketum) dari UKM Teater Lingkar, Eduard Jelly Lado mengatakan goals yang disampaikan presbem Stiksoa-AWS ini dinilai kontradiktif. Hal ini ditandai dengan perdebatan yang terjadi beberapa waktu lalu mengenai keengganannya (Bobby) menjadikan Ad/Art BEM sebagai dokumen digital.
“Perihal surat menyurat kegiatan UKM pun sejauh ini masih sulit untuk mengurusnya. Saat Bobby menjabat, ada format surat baru yaitu surat izin jalan yang diperuntukkan jika kegiatan UKM di keluar kota, urgensinya apa? Kan tidak ada,” jelasnya saat diwawancarai via whatsApp.
Selain itu, menurut Edo kinerja BEM pada periode ini dinilai sangat buruk. Terlihat dari BEM yang lamban merespon permasalahan yang terjadi di kampus hingga program kerja yang tidak dapat dirasakan dengan baik oleh setiap UKM.
“Terkhusus disaat UKM Lingkar ingin pinjam ruangan, selalu terhalang oleh jumlah peserta. Sebagai mahasiswa yang tergabung dalam UKM tentu memiliki hak meminjam ruangan untuk kepentingan UKM. Saya rasa BEM kurang bisa memfasilitasi UKM yang ingin mengadakan kegiatan,” ungkapnya.
Selaras dengan hal tersebut, Baiq selaku Ketum UKM Surabaya Muda menilai tidak ada perbedaan mengenai surat menyurat yang dibuat BEM saat ini.
“Surat-surat mereka sama aja sih kayak surat-suratnya mbak Inanda (Presbem periode 2020-2022), gak ada bedanya. Kalo itu jadi goal utama, kayaknya gak berhasil terlaksana ya,” tanggapnya.
Mengenai kinerja BEM selama setahun belakangan menurut Baiq, presbem dan kabinetnya tidak niat dalam melaksanakan proker. Hal ini dinilai saat pelaksanaan LPJ masih banyak proker yang tidak terlaksana dengan alasan kurangnya manajemen waktu.
“Sebuah tanggung jawab kalau kita merasa mempunyainya, pasti akan dilakukan bagaimanapun keadaannya. Saat LPJ yang sudah terlambat berbulan-bulan pun presbem dan kabinetnya tidak menuntaskan tanggungjawabnya,” ujar Baiq.
Berbeda dengan Edo dan Baiq, menurut Bayu Panenang Ketum UKM Kopi Production, presbem saat ini dinilai cukup baik dalam memimpin BEM. Bayu meyakini bahwa Bobby kewalahan dalam mengatur anggotanya.
“Pastinya ada beberapa dari teman-teman BEM yang lain ada yang ga setuju dengan kebijakannya, bulet dewe (ruwet sendiri). Tidak mau ngalah dan merasa sudah paling effort, padahal itu adalah seni nya dalam berorganisasi,” jelasnya.
Permasalahan inilah yang pada akhirnya menurut Bayu menghambat kinerja BEM. Lebih lanjut, Bayu mengungkapkan tidak ada harapan apapun untuk BEM selanjutnya.
Alih-alih BEM, ia lebih mengharapkan perkembangan organisasi yang ada di kampus wartawan tersebut. Menurutnya, baik BEM,UKM, dan akademik harus sama-sama membangkitkan organisasi yang merupakan tonggak dari kampus itu sendiri
“Jadi bagaimana kampus ini memberikan kesempatan yang lebar untuk ormawa. Karena yang perlu dibenahi bukan dari BEMnya saja tapi dari segenap orang-orang di kampus,” pungkasnya.
Tanggapan Mahasiswa
Lebih lanjut, reporter Acta Surya juga menyebarkan kuesioner mengenai kinerja BEM ‘Kabinet Serasi’ yang disebarkan melalui instagram dan grup whatsapp mahasiswa aktif Stikosa-AWS. Berdasarkan hasil, banyak responden yang tidak mengetahui anggota BEM dan kinerjanya.
Haryo Ontowiryo Wahyuadji mahasiswa angkatan 2020 ini mengatakan, dirinya tidak begitu mengetahui anggota kabinet BEM serta kurang merasakan kinerja BEM.
“Kinerja BEM selama ini saya kurang tahu ya, soalnya saya kurang melihat aktivitas-aktivitas yang dilakukan BEM,” ujarnya.
Oleh karenanya, Haryo berharap BEM selanjutnya dapat lebih meningkatkan kinerjanya serta dapat membangkitkan kembali organisasi yang saat ini sedang vakum.
“Semoga BEM selanjutnya bisa menumbuhkan ormawa baru atau membangkitkan kembali ormawa di bidang olahraga,” harapnya.
Berbeda dengan Haryo menurut Galih Adi Prasaja mahasiswa angkatan 2022 ini, kinerja BEM sudah tepat dan cepat menyelesaikan permasalahan kampus.
“Kinerja BEM saat ini tentu bagus. Terutama ketika ada konflik antara mahasiswa dengan ketua Stikosa-AWS, BEM turut ikut membantu menyelesaikan permasalahan,” ujar Galih.
Mahasiswa ini juga berharap cara sosialisasi BEM selanjutnya dilakukan dengan terbuka seperti yang sudah dilakukan BEM periode 2022-2023.
“Baiknya BEM periode selanjutnya melakukan hal yang sama ketika ada permasalahan, terbuka dengan mahasiswa yang lain dan juga memiliki program kerja yang lebih keren serta bermanfaat,” harap Galih.
(N/F: Nab,Dff/Dok.Pribadi)