actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook Twitter Instagram
TRENDING
  • Aksi Solidaritas Surabaya Terhadap Represi Petani Pakel Banyuwangi
  • Rayakan Internasional Woman Day Untuk Keadilan dalam Kesetaraan Gender
  • Untaian Strategi Perang dan Bisnis Menguntungkan dalam Film The Veteran
  • Kenali Citra Kota Surabaya Lewat Himmarfi Basic Training 2022
  • Malam Hana-Caraka, Awal Perubahan Stigma Negatif Kampung
  • Lengak-Lengok Komunitas Wanita Bersanggul Indonesia di peringatan Hari Sumpah Pemuda
  • Destinasi Wisata Lama Surabaya Yang Kini Kembali
  • Kuliner China di Kya-Kya Kembang Jepun
Facebook Twitter Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»FEATURES»CAKRAWALA»Perpustakaan Medayu Agung, Simpan Naskah Cikal Bakal Novel Bumi Manusia
CAKRAWALA

Perpustakaan Medayu Agung, Simpan Naskah Cikal Bakal Novel Bumi Manusia

redaksiBy redaksi30 November 2020Updated:1 Desember 2020Tidak ada komentar3 Mins Read
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Kebersamaan antara Pramoedya Ananta Toer dengan Oei Hiem Hwie setelah bebas dari tahanan politik tahun 1980.

Actasurya.com – Berkat Oei Hiem Hwie melalui perpustakaan Medayu Agung Surabaya yang bertempat di Jalan Medayu Selatan Gang IV No. 42-44 Surabaya. Naskah asli novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang ditulisnya pertama kali pada sebuah karung bekas ini dapat terpelihara rapi hingga kini. Cerita yang mengisahkan persahabatan antara Pramoedya Ananta Toer dengan Oei Hiem Hwie sang wartawan itu berawal dari tahanan politik (Tapol) di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Pada suatu kesempatan di dalam tahanan, Oei Hiem Hwie berbicara dengan Pramoedya. “Pram kamu tidak nulis,” tanya Oei Hiem Hwie. Akhirnya disadari bahwa tidak ada apapun yang digunakan Pramoedya untuk menulis.

Melihat kondisi itu, Oei Hiem Hwie, laki – laki berperawakan tinggi. Sekira tiang gawang itu. Kemudian memungut karung semen bekas bangunan yang dibuang kuli bangunan. Lalu diberikan kepada Pramoedya sebagai media tulis sahabatnya itu.

 

Beberapa lembar kertas yang terbuat dari karung semen, berisi tulisan naskah pertama “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer (pojok kiri).

 

Tak hanya selesai ditulis dan menjadi konsumsi pribadi. Pram dan Oei menginginkan jika naskah yang ditulis Pram tersebut. Dapat disebarkan. Sayang bilang melihat, hal itu menjadi angan. Sebab kondisi mereka yang masih berstatus tahana dan terpenjara. Niat baik, pasti ada jalan. Berkat adanya pengajar agama. Yang rutin datang membimbing para tahanan. Agar dapat lebih dekat dengan Tuhannya. Di kesempatan itulah Pramoedya berserta Oei sepakat menitipkan naskah Pram kepada pengajar agama tersebut untuk disebarkan. Tulisan itu tersebar luas dan dikembangkan kembali. Hingga kini, terbitlah novel berjudul Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.

Adanya peninggalan naskah bersejarah ini. Ditanggapi baik oleh Laili Rokhmawati Putri Sunarto, selaku pengunjung perpustakaan yang berisikan koleksi naskah serta buku milik Oei. Dirinya menilai jika naskah asli Bumi Manusia yang masih disimpan rapi di Perpustakaan Medayu Agung tersebut. Dapat menjadi kebanggaan dan penghormatan kepada Oei, selaku pendiri perpustakaan serta Surabaya sebagai kota bersejarah.

“Kebanggaan dan penghormatan kepada pak Oei, karena naskah ini sebagai salah satu bukti sejarah dan akan menjadi tonggak nilai edukasi bagi generasi mendatang,” ungkap Putri sapaan akrabnya.

Tak hanya itu, wanita berkerudung ini juga mengatakan bahwa terdapat pesan tersirat dalam proses penyimpanan naskah novel legendaris itu, yaitu memberikan makna pentingnya yaitu tidak melupakan sejarah.

“Mengenai perjuangan Pak Oei dalam menjaga naskah bumi manusia. Serta memberikan makna pentingnya tidak melupakan sejarah, karena sejarah adalah salah satu peta dalam menjalani kehidupan,” tutupnya. (N/F:Frd, Max)

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website

Related Posts

Misteri dibalik Hotel Niagara: Three Beautiful Ghost

9 Juni 2021

Umur Candi Brahu Lebih Tua Dari Majapahit

27 September 2020

Mengenal Sejarah Lewat Museum Pendidikan Surabaya

1 Februari 2020

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook Twitter Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.