Actasurya.com – Surabaya tak hanya dikenal dengan kota sejuta taman, namun memiliki potensi alam yakni gunung. Gunung yang diberi nama Gunung Anyar belokasi di jalan Gunung Anyar Tengah Gang 5 ini aktif mengeluarkan lumpur hingga sekarang. Diketahui Gunung Anyar masih satu sesar dengan Lumpur Lapindo, sebab tergabung dalam satu lintasan sesar Batu Kosek.
Selain itu, gunung ini mempunyai ciri khas banyak ditumbuhi kaktus yang menyebar ke seluruh permukaan gunung. Tak hanya kaktus, tapi struktur batuannya mengandung kerang-kerang yang menempel. Sedangkan gasnya jenis metana, dan mengeluarkan lumpur dengan jenis mudvolcano.
Fais pengelola Gunung Anyar bercerita, dulunya Belanda memetakan tiga wilayah yaitu Gunung Anyar, Rungkut hingga Kutisari. Belanda mengira Gunung Anyar menghasilkan banyak minyak. Setelah membuat tata letak dan pusat penambangan, namun saat melakukan pemetaan dugaan Belanda salah. Gunung Anyar hanya memiliki sedikit kadar minyak dan menghasilkan banyak kadar lumpur.
“Belanda datang kesini untuk melakukan penambangan minyak. Mereka mengira gunung ini dapat menghasilkan minyak yang banyak sehingga dapat mengeruk dan meraup keuntungan dari hasil bumi di Surabaya, namun ternyata dugaan mereka salah. Kadar yang dihasilkan lebih banyak lumpur karena gunung ini sendiri tidak terlalu dalam, maka dari itu kadar minyak yang dihasilkan sedikit,” tutur pria ini
Ketika diukur pada 2022 lalu, ketinggian dari Gunung Anyar 3,5 Mdpl. Sedangkan luasnya kurang lebih tiga hektar. Ketinggian dari Gunung Anyar tergantung kondisi laut di Surabaya.
“Terakhir diukur sekitar setahun yang lalu tingginya tiga setengah meter diatas permukaan laut. Namun untuk tahun ini belum diukur lagi, kemungkinan bisa lebih pendek atau lebih tinggi tergantung dengan kondisi laut,” jelas Fais
Lebih lanjut, untuk melestarikan Gunung Anyar, terdapat komunitas yang mengajak anak-anak remaja melakukan kegiatan menanam pohon bernama Griyo Maos. Selain melakukan kegiatan penghijuan, komunitas yang sudah ada sejak tahun 2019 ini diketahui memiliki rumah baca dan bergelut dibidang literasi baca anak. Hal tersebut bertujuan untuk membangun kesadaran diri dalam menjaga keasrian alam.
“Mereka sangat excitied sekali, setelah penanaman mereka berbondong-bondong untuk mengambil air. Dengan menggunakan botol plastik untuk menyiramkan ke tanaman yang sudah ditanam dipuncak gunung. Hal itu mereka lakukan hampir setiap hari, kalau sekarang sudah tidak mereka sudah besar dan memiliki kesibukan masing-masing,” tutupnya.
(N\F: Nab\Bas)