actasurya.com – Mungkin tidak lagi asing dengan “monosodium glutamat (MSG)” dalam makanan. Bagi kaum ibu khususnya, MSG digunakan sebagai penyedap dan penguat cita rasa dalam makanan. Namun belakangan diketahui terdapat berbagai efek negatif dalam penggunaanya. Salah satunya menimbulkan gangguan pada kinerja jantung.
Menanggapi itu masyarakat sedikit demi sedikit menghindari penyedap buatan ini. Berbagai macam kuliner dengan label “tanpa MSG” bermunculan. Salah satunya, Sego Kepel Surabaya. Bertempat, di Jalan Gubeng Airlangga II No. 12, outlet Sego Kepel ini dapat ditemukan.
Seperti namanya “Sego Kepel”, kuliner ini berbentuk nasi yang dipadatkan atau dikepel. Nasi punel beraroma wangi yang panas uapnya masih mengepul, dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk bulat. Lalu tak lupa dilapisi dengan potongan dadu daging ayam yang diolah dengan bumbu blackpaper tanpa penyedap (MSG).
Perpaduan yang pas antara rasa lada hitam yang nendang, daging ayam yang empuk dengan cita rasa pas di lidah. Disajikan hangat-hangat bersamaan dengan semerbak aroma bumbu blackpaper yang sedap.
“Ayamnya sendiri kita olah dengan resep khusus tanpa penyedap, itu yang membuatnya lebih enak dan tahan lama,” kata Eka Pratiwi, salah satu owner kuliner Sego Kepel ini.
Berawal dari mata kuliah Kewirausahan pada tahun 2013 lalu yang mengharuskan Eka Pratiwi dan keempat kawan lainnya – Lutfi Ali, Alfian Adipura, Rohandi Ilmawan, dan Arista Pratama – membuat suatu produk yang menjual. Karena kecintaanya terhadap kuliner khusunya ayam, Eka ingin membuat suatu produk yang praktis.
“Kebetulan kita berlima suka kuliner ayam sih, makan ayam tuh udah keseharian banget. Tapi disini kita kemas ke sesuatu yang berbeda,” tutur gadis berjilbab ini.
Tak berhenti disitu saja, mahasiswi lulusan Sistem Informasi ini menyajikan Sego Kepel isian ayam, yang diolah dalam 3 varian layaknya rasa ayam di restaurant pada umumnya. Yaitu, Blackpaper, Teriyaki, dan Barbeque.
Ini juga dapat dilihat dari 3 icon sego kepel yang mewakili dari masing masing varian rasa. Yakni, Teri untuk rasa teriyaki yang manis dan tak pedas, Pepe untuk rasa blackpaper yang pedasnya mantap dilidah, serta Kyu untuk rasa barbeque yang asin dan gurihnya selangit.
Ke depannya, Eka ingin membuat varian rasa sego kepelnya bertambah. “Kita membuat rasa sekelas restauran, tapi kita bikin dengan versi yang baru dan mudah dijangkau konsumen,” tuturnya.
Berbeda dengan burger pada umumnya yang dibanderol dengan harga yang lumayan mahal. Makanan yang menyerupai burger ini harganya relatif lebih murah sehingga tidak perlu khawatir akan menguras kantong. Satu kepelnya dihargai hanya Rp 7.000 saja. Murah bukan?
Berbagai lintas generasi menggemari makanan mungil ini, mulai dari orang tua, mahasiswa hingga anak- anak. “Karena target kita juga termasuk anak-anak, kita pengen bikin sesuatu yang lucu. Dan dari temen – temen sego kepel sendiri ada yang emang hobinya design grafis gitu,” ungkap perempuan yang juga merupakan salah satu owner sego kepel.
Seiring berjalannya waktu, usaha yang digeluti Eka ini meluas hingga memasuki kantin-kantin sekolah. Bahkan ada salah satu sekolah di Surabaya yang menjadi langganan tetap Sego Kepel.
“Salah satu sekolah, hampir setiap bulan rutin pesen ke kita. Biasanya mereka pesen karena ada acara ulang tahun temen sekelas gitu. Udah kayak jadi langganan tetap kita lah sampai sekarang,” lanjut anak pertama dari dua bersaudara ini.
Outlet yang buka setiap hari Senin hingga Sabtu ini dulunya hanya beroperasi di dalam kampus saja, kurang lebih satu bulan ini Eka baru saja membuka outlet sego kepel nya di Jalan Gubeng Airlangga II no. 12. “Belom ada sebulan sih kita pindah kesini, karena memang marketnya lebih luas.”
Untuk jam operasionalnya, outlet sego kepel buka pagi pada pukul 07.30 – 13.00 serta malam pukul 18.00 – 21.00. Bagi yang tak sempat mampir ke, tak perlu khawatir. Karena sego kepel juga melayani pemesanan melalu via online. Atau ingin mengintip nya melalui Instagram ? follow saja @Segokepelsby. (N/F: Elisa, Galuh/Dok. Sego Kepel SBY)