actasurya.com – Usia sama sekali bukan jadi halangan, kalimat ini nampaknya cocok disandingkan dengan sosok Eddy Samson, laki-laki indo belanda yang akan menginjak usia 82 tahun. Di usianya yang sudah terbilang tua ini, Eddy masih tetap giat terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian cagar budaya di Surabaya.
Bernama lengkap Eddy Emanuel Samson, lahir di Surabaya 3 April 1934 , pada masa itu Indonesia masih disebut Hindia Belanda. Memiliki darah Belanda membuatnya disebut Indo Belanda, Ayahnya adalah keturunan Belanda dan ibunya adalah orang Manado.
“Sebenarnya, asal usul saya itu Portugis, karena awalnya kan Portugis yang menjajah. Nenek saya memang orang Belanda tapi kakek saya orang Kepulauan Bandanera Maluku, kemudian lahirlah bapak saya dan menikah sama orang Manado, baru lahirlah saya. Jadi Indo peranakan saya ini” cerita pria indo Belanda ini.
Eddy Samson, begitu ia akrab disapa adalah seorang budayawan, penggiat sejarah dan pemerhati cagar budaya Kota Surabaya. Meskipun bukan orang Surabaya asli, tetapi pengabdian dan kecintaannya pada kota Surabaya sangat luar biasa, ini terbukti dari banyaknya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sejarah yang ia lakoni. Diusianya yang April ini akan menginjak 82 tahun, Eddy tetap aktif dalam banyak kegiatan tersebut.
Ia terlibat dalam tim 11 Von Faber, cagar budaya Kota Surabaya yang mulai aktif pada tahun 2005 . Tim ini berfungsi sebagai pemerhati bangunan-bangunan cagar budaya yang ada di Surabaya, melindungi serta memelihara aset tersebut agar tidak hilang dimakan jaman. Dalam hal tersebut, tim ini bergerak berdasarkan tiga buku mengenasi Surabaya tulisan Von Faber sendiri, yaitu Oud Soerabaia (1906), Niew Surabaya (1931), dan yang terakhir adalah sebuah kota telah lahir.
“Tim ini ada 11 orang, tapi empat sudah meninggal, sekarang saya masukkan anak-anak muda ke dalam tim ini. Sekretariatnya ada di rumah saya, di Jalan Asem Mulya IV” tutur Eddy Samson.
Tidak hanya itu, Eddy Samson juga terlibat dalam tim Soerabaia tempo doeloe, dan Surabaya heritage. Selain itu ia juga salah satu penggagas dan yang mendirikan komunitas rooderbrug, juga ketua komunitas de Indo club, komunitas ini merupakan komunitas berbahasa belanda yang sekretariatnya juga berada di rumahnya.
De Indo Club juga merupakan wadah silaturahmi para Indo belanda, tidak hanya itu, komunitas ini adalah tempat bagi orang-orang yang ingin belajar berbahasa Belanda. Di sini kita juga bisa membaca buku-buku sejarah kota Surabaya berbahasa Belanda koleksi Eddy Samson, tetapi buku-buku tersebuta hanya bisa dibaca di kediamannya, tidak boleh dipinjam apalagi dibawa pulang.
“Silahkan baca di rumah tapi tidak boleh dibawa pulang, karena banyak yang nggak kembali buku saya dipinjam orang.” Jelas Eddy.
Eddy juga sangat antusias meladeni anak-anak muda yang datang kepadanya untuk belajar sejarah Kota Surabaya. Usianya yang terbilang cukup tua sama sekali tidak dijadikannya alasan untuk berhenti beraktifitas mempertahankan kelestarian sejarah Kota Surabaya.
“Saya apresiasi anak-anak muda yang mau belajar mengenai sejarah, saya selalu berpesan kepada mereka untuk semangat. Anak muda harus tahu sejarah, harus banyak beraktifitas, harus begitu. Karena suku bangsa yang tidak tahu sejarah bangsanya adalah suku bangsa primitif, itu Bung Karno yang berkata seperti itu.” Tutur Eddy Samson menutup ceritanya. (N/F: Titis/Hening)