Actasurya.com – “Syadza Putri Ramadhana, wisudawan berprestasi akademik dari peminatan Jurnalistik, yang memperoleh IPK 3,67 dengan judul skripsi Analisis Wacana Kritis Van Dijk Pada Pemberitaan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) di Media Online Tempo.co Edisi September – Desember 2019” Tegas Ilham Baharsyah sebagai Master Ceremony (MC) pada acara Wisuda Ke – XXIV Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa – AWS) Sabtu, 10 April lalu.
Wanita kelahiran 1998 ini tidak menyangka akan disebut namanya sebagai salah satu wisudawan terbaik dari jurusan jurnalistik di angkatan 2016. Sejak dulu, saat Syadza melihat video wisuda selalu bermimpi namanya dan nama orangtuanya bisa dipanggil kelak sebagai wisudawan terbaik.
Syadza juga bercita-cita menjadi Layouter dan Editor di media. Banyak figure yang menjadi panutan agar ia dapat mencapai semua mimpi. Terlebih mereka yang satu organisasi dengan Syadza di LPM Acta Surya.
“Alhamdulillah, Aku bersyukur banget jadi salah satu wisudawan terbaik. Aku terpacu sama wisudawan berprestasi sebelumnya, seperti tahunnya Mbak Hilda, Mbak Caca, dan Mas Ebi. Waktu aku tau mereka jadi wisudawan terbaik, aku langsung chat mereka buat tanya bagaimana cara menjadi wisudawan terbaik,” ungkap Syadza
Syadza Putri Ramadhana atau yang kerap dipanggil Sasa. Perjuangan Sasa untuk bisa lulus kuliah tepat waktu tidaklah mudah, sebelum memasuki bangku kuliah. Sasa memilih untuk bekerja terlebih dahulu, agar bisa menabung untuk kebutuhan saat kuliah nantinya. Selain kuliah Sasa pun bekerja sebagai desain grafis pada sebuah perusahaan digital printing di Surabaya.
Sasa adalah mahasiswa pada umumnya, pernah bolos kuliah saat merasa pusing pada kehidupan kerja dan kuliah. Namun, ia merupakan tipikal seseorang yang pekerja keras. Dengan cara belajar sungguh-sungguh disetiap semester, agar mendapatkan hasil terbaik.
“Dari awal masuk itu, aku udah benar-benar niat buat kuliah. Apalagi kan SPP-nya mahal, terus aku bayar sendiri jadi sayang kalau gak serius buat kuliah. Dulu aku pernah sampai nangis waktu ujian karena dispensasi berlaku sampai kamis, tapi ujiannya selesai hari jumat. Akhirnya aku pinjam uang ke Ibu, karena sudah gak pegang uang sama sekali,” Jujur Sasa.
Organisasi juga berperan penting dalam kehidupan kuliah Sasa, karena menurutnya banyak hal yang bisa didapatkan menjadi mahasiswa berorganisasi. Ilmu, relasi, pengalaman serta bisa bertemu dengan banyak orang merupakan hal berharga yang didapatkannya saat berorganisasi. Sasa aktif menjadi anggota LPM Acta Surya sejak awal kuliah.
“Meskipun aku udah bekerja sambil kuliah, beorganisasi itu penting. Aku bisa belajar banyak hal di organisasi itu sendiri. Pintar mengatur waktu aja biar ketiganya gak kelabakan, kadang harus ada yang dikorbanin entah itu aku harus izin kerja, izin kuliah sampai izin tidak mengikuti kegiatan organisasi. Aku bersyukur banget bisa ikut organisasi,” ujar Sasa.
Sosok kedua orangtua Sasa menjadi tameng terkuat dalam kehidupannya. Disaat merasa lelah, ia selalu mengingat bahwa orang tuanya adalah alasan Sasa menjadi seperti sekarang. Ada orang tua yang lebih capek daripada Sasa.
Diakhir wawancara melalui pesan whatsapp, Sasa memberikan harapan untuk calon wisudawan terbaik selanjutnya agar bisa membanggakan Orang tua dan Kampus.
“Untuk calon wisudawan terbaik selanjutnya, semoga bisa lebih baik dan bisa memberikan contoh yang baik bagi semua orang. Tentunya bisa membuat kampus AWS bangga. Tetap semangat, ya adik – adik,” pungkasnya. (N: cha)