actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook X (Twitter) Instagram
TRENDING
  • Mahasiswa Stikosa AWS Membersamai UMKM Kampung Kue Rungkut Surabaya Untuk Melek Digital
  • Hari Ibu Jadi Momentum RTIK Surabaya Kenalkan Teknologi AI untuk Pemasaran Digital
  • Berani Berbisnis: Mahasiswi Inspiratif Seimbangkan Pendidikan dan Usaha
  • Peringatan Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional 2024 dengan Pameran dan Orasi Kemanusiaan di Unair
  • Aksi Darurat Demokrasi di Surabaya, Buntut Kontroversi RUU Pilkada
  • Tolak RUU Penyiaran, Koalisi Masyarakat dan Pers di Surabaya Gelar Aksi
  • Laboratorium Jurnalisme di Kampus Wartawan
  • Bangun Kemampuan Berbicara Depan Umum, UKM Surabaya Muda Gelar Pelatihan Public Speaking
Facebook X (Twitter) Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»PUISI»Puisi Bukan Untuk Mengotori Dunia
PUISI

Puisi Bukan Untuk Mengotori Dunia

redaksiBy redaksi13 April 2018
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

actasurya.com – Wahai saudariku Sukmawati,
Waktu remaja, aku mengagumimu,
Trahmu yg berbalut Soekarno,
Gaya hidupmu yang nyeniman,
Pernikahanmu dengan pangeran.

Di masa tuaku kini,
Aku dikejutkan ulahmu,
Berpuisi tentang hal-hal yang tak kau tahu.

Kau bilang kau tak tahu syariat,
Tapi kenapa kau menghujat?
Di balik estetika puisimu,
Tersembunyi rasa kebencian,
Akan hal-hal yang engkau mengaku tak tahu.

Sukmawati putrinya Soekarno,
Bila menurutmu konde lebih cantik daripada hijab,
Terserahlah, tapi jangan jadikan hijab olok-olok.
Kalau bagimu lagu lebih merdu daripada suara adzan,
Silakan saja, tapi jangan mencela hal-hal yang engkau akui kau tak tahu.

Sudahlah Sukmawati,
Eramu telah lewat,
Lama tak berkarya,
Sekalinya berkarya, kau meracau.

Puisi bukan untuk mengotori dunia,
Puisi seharusnya menjernihkan,
Saat politik mengotori dunia.

Tapi siapa nyana,
Dari mulut tuamu,
Terlahir puisi yang memperuncing ketidakpahaman dan menebarkan kebencian.

Apa yg lebih nista,
Dari puisi kebencian yang digelorakan di kancah perpolitikan?

Wahai saudara-saudaraku sebangsa,
Yang berkonde atau berhijab,
Yang ke Gereja atau ke Pura,
Yang ke Masjid saat adzan,
Mari bersama melawan upaya yang memperuncing perbedaan,
Mari bersatu menghapus kebencian.

Sirikit Syah, April 2018

Balasan Puisi Untuk Sukmawati featured Puisi Sirikit Syah Puisi Sukmawati Soekarno Putri
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website
  • Facebook
  • X (Twitter)
  • Instagram

Related Posts

Wabah Mendunia

28 April 2020

Monolog Pandemi, Berkesenian Sambil Peduli

22 April 2020

Refleksikan Peristiwa 10 November Lewat Parade Surabaya Juang

9 November 2019

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.