actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook Twitter Instagram
TRENDING
  • Aksi Solidaritas Surabaya Terhadap Represi Petani Pakel Banyuwangi
  • Rayakan Internasional Woman Day Untuk Keadilan dalam Kesetaraan Gender
  • Untaian Strategi Perang dan Bisnis Menguntungkan dalam Film The Veteran
  • Kenali Citra Kota Surabaya Lewat Himmarfi Basic Training 2022
  • Malam Hana-Caraka, Awal Perubahan Stigma Negatif Kampung
  • Lengak-Lengok Komunitas Wanita Bersanggul Indonesia di peringatan Hari Sumpah Pemuda
  • Destinasi Wisata Lama Surabaya Yang Kini Kembali
  • Kuliner China di Kya-Kya Kembang Jepun
Facebook Twitter Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»PUISI»Puisi Bukan Untuk Mengotori Dunia
PUISI

Puisi Bukan Untuk Mengotori Dunia

redaksiBy redaksi13 April 2018Tidak ada komentar1 Min Read
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

actasurya.com – Wahai saudariku Sukmawati,
Waktu remaja, aku mengagumimu,
Trahmu yg berbalut Soekarno,
Gaya hidupmu yang nyeniman,
Pernikahanmu dengan pangeran.

Di masa tuaku kini,
Aku dikejutkan ulahmu,
Berpuisi tentang hal-hal yang tak kau tahu.

Kau bilang kau tak tahu syariat,
Tapi kenapa kau menghujat?
Di balik estetika puisimu,
Tersembunyi rasa kebencian,
Akan hal-hal yang engkau mengaku tak tahu.

Sukmawati putrinya Soekarno,
Bila menurutmu konde lebih cantik daripada hijab,
Terserahlah, tapi jangan jadikan hijab olok-olok.
Kalau bagimu lagu lebih merdu daripada suara adzan,
Silakan saja, tapi jangan mencela hal-hal yang engkau akui kau tak tahu.

Sudahlah Sukmawati,
Eramu telah lewat,
Lama tak berkarya,
Sekalinya berkarya, kau meracau.

Puisi bukan untuk mengotori dunia,
Puisi seharusnya menjernihkan,
Saat politik mengotori dunia.

Tapi siapa nyana,
Dari mulut tuamu,
Terlahir puisi yang memperuncing ketidakpahaman dan menebarkan kebencian.

Apa yg lebih nista,
Dari puisi kebencian yang digelorakan di kancah perpolitikan?

Wahai saudara-saudaraku sebangsa,
Yang berkonde atau berhijab,
Yang ke Gereja atau ke Pura,
Yang ke Masjid saat adzan,
Mari bersama melawan upaya yang memperuncing perbedaan,
Mari bersatu menghapus kebencian.

Sirikit Syah, April 2018

Balasan Puisi Untuk Sukmawati featured Puisi Sirikit Syah Puisi Sukmawati Soekarno Putri
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website

Related Posts

Wabah Mendunia

28 April 2020

Monolog Pandemi, Berkesenian Sambil Peduli

22 April 2020

Refleksikan Peristiwa 10 November Lewat Parade Surabaya Juang

9 November 2019

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook Twitter Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.