Dinginnya hawa pegunungan menyambut. Gemericik air dan kicauan burung bersahutan mengiringi jejak kaki wisatawan wisata air terjun Kakek Bodo.
Obyek wisata yang terletak di Desa Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur ini terletak di ketinggian 850 meter di atas permukaan laut (dpl). Begitu sampai di pintu masuk nuansa alamiah terasa begitu kental.
Keelokan pesona utama Kakek Bodo adalah air terjun dengan ketinggian sekitar 40 meter. Wisatawan dapat langsung mandi di air terjun itu. Kesegaran air murni yang mengalir dari kawasan hutan semakin menambah kepuasan di hati kita.
Selain menyajikan berbagai obyek alam yang indah. Obyek wisata yang dikelola Kesatuan Bisnis Mandiri-Wisata, Benih dan usaha lainnya (KBM-WBU). Organisasi yang dikelola Perhutani Unit III ini juga menyajikan bermacam pepohonan pinus, akasia, kaliandra, mahoni, pakis, dan beraneka tanaman perdu.
Di samping itu tak dapat dipungkiri lagi, bagi sebagian orang kondisi alam pegunungan sekitar Kakek Bodo akan memicu keinginan berpetualang, menembus jalan-jalan setapak bagi sang petualang.
Perjalanan lintas hutan, mendaki, berkemah, atau melakukan kegiatan cinta alam lainnya memang cukup mengasyikkan. Apalagi kondisi jalan yang cukup baik, dan banyak dijumpai penunjuk jalan sehingga tidak perlu khawatir tersesat.
Jejak Sang Petualang
Bagi yang suka berpetualang, wana wisata Kakek Bodo akan memberi beragam pesona alam yang cukup menarik. Bahkan jalur yang ditempuh dengan jejak kaki pun bervariasi, yang dapat dipilih sebagai kegiatan lintas hutan.
Pengunjung tingkat pelajar Sekolah Dasar dapat menempuh jalur berjarak pendek. Sekitar tiga kilometer. Untuk tingkat remaja dapat memilih jalur menengah, sekitar tujuh kilometer. Sedangkan bagi pecinta alam, tersedia jalur cukup menantang sepanjang 21 kilometer.
Banyak hal menarik yang dapat dinikmati di sepanjang jalur tersebut. Seperti mulai dari panorama alam kota Pandaan dan Tretes. Belum lagi keindahan hutan buatan pada ketinggian 1100 meter dpl, hingga panorama hutan cemara yang dapat dilihat pada ketinggian 1.850 meter dpl.
Di kawasan ini, keberadaan air terjun Kakek Bodo tidak sendirian. Karena dapat ditemui tiga air terjun lainnya dalam perjalanan lintas alam di kawasan wisata andalan Jawa Timur itu. Masing-masing adalah air terjun Alap-Alap dengan ketinggian 30 meter, Putuk Truno dengan ketinggian 45 meter, dan Sengguruh dengan ketinggian 30 meter.
Meski harus berjalan kaki, naik turun tebing serta menembus hutan-hutan yang masih alami. Kondisi ini tak menyurutkan wisatawan yang datang ke tempat ini. Terlebih lagi saat hari libur. Tidak ada salahnya mencobakan?
Kakek yang Terlupa
Makam Kakek Bodo terletak di tengah areal Wana Wisata Air Terjun Kakek Bodo, yang termasuk wilayah Desa Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Di dalam areal yang memuat fasilitas wisata air terjun, tempat berkemah, dan kolam renang ini, makam ini nampak tidak begitu menarik perhatian.
Besar bangunan yang tidak jauh berbeda dari warung-warung di sekitarnya, menjadi salah satu sebabnya. Hanya dua buah tugu gerbang yang membuat makam itu sedikit berbeda dari bangunan lain di sekitarnya. Makam ini berjarak 600 meter dari pintu masuk utama Wana Wisata Air Terjun Kakek Bodo.
Belakangan, makam ini terlihat tak terawat. Sebabnya, juru kunci makam yang akrab disebut Pak To, meninggal dunia setahun yang lalu. Begitu menurut penuturan Karyono(59), pemilik warung tak jauh dari makam itu.
Makam Kakek Bodo teletak di dalam sebuah ruangan kecil yang selalu tertutup. Di sekitarnya, berserakan dedaunan. Segulung tikar tampak terhampar acak-acakan, bersanding dengan sebuah kotak amal. Di hari-hari tertentu, tikar itu digunakan sebagai alas peziarah yang melakukan doa di makam itu.
Di samping makam tampak seonggok kain kafan. Yang menurut penuturan Karyono, kain itu adalah kain pembungkus nisan yang biasanya diganti secara teratur oleh sang penjaga makam.
Gua kecil yang sudah tertutup oleh sebuah batu besar, terletak di belakang makam. Konon, gua ini dulunya adalah tempat bertapa Kakek Bodo.
Masyarakat sekitar percaya, Kakek Bodo adalah pembantu rumah tangga di sebuah keluarga Belanda. Dikenal sebagai orang yang saleh dan jujur.
Kemudian ia meninggalkan keluarga majikannya untuk mensucikan diri dari masalah keduniawian, dengan cara bertapa. Karena sikapnya ini, keluarga Belanda yang ditinggalkannya menyebutnya sebagai kakek yang bodoh (Kakek Bodo). Namun berkat bertapanya, sang kakek memiliki kelebihan berupa kesaktian.
Kesaktian ini pun digunakan untuk membantu masyarakat setempat yang meminta pertolongan. Sang kakek pun meninggal di tempat bertapanya, yang terletak tidak jauh dari air terjun. Dan makamnya hingga kini dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Sayangnya, kini tidak banyak yang tahu-menahu tentang sejarah makam Kakek Bodo. Bahkan Karyono, salah satu pemilik warung yang sudah tinggal di kawasan itu sejak tahun 1979 pun melupakannya.
“Hanya penduduk asli saja yang tahu. Itupun orang-orang yang sudah sangat tua. lagipula kebanyakan orang disini pendatang” tutur Karyono yang mengaku berasal dari Madiun.
Karyono menambahkan biasanya hanya orang luar daerah saja yang tertarik dengan sejarah Kakek Bodo. Selebihnya hanya sekedar berjalan-jalan saja.***
naskah : Silviyanti Nur Indah Sari foto: Wahyu Triatmojo