actasurya.com – Sebuah film dapat membuat kita merasakan apa yang orang lain rasakan. Itulah yang ingin disampaikan oleh Don Aryadien, Pria berusia tiga puluh tahun dan seorang sutradara dari Bunga Langit Production.
Alumni Stikosa-AWS jurusan Broadcasting ini sudah lama menggemari film, tetapi dia baru mendalami ilmu tentang dunia film ketika dia masuk dunia radio tahun 1998, dan berhasil memproduksi film di JTV dan SBO. Sekarang ini ia sedang dalam proses produksi film layar lebar. Sembilan film yang telah diputar di JTV dan SBO bergenre drama, drama komedi, dan drama misteri.
Pesan-pesan yang ingin dibagi melalui media film kepada masyarakat luas tentang apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka rasakan adalah tujuan utamanya untuk memproduksi sebuah film. Bunga langit production dibantu oleh beberapa teman dengan berbagai latar belakang. Salah satunya, Mahasiswa ITS, UNAIR, dan Stikosa AWS bahkan ada yang sudah bekerja. Meskipun latar berbeda, tetapi keinginan yang sama yaitu memproduksi film.
Pria kelahiran Surabaya ini pernah menjadi bumper Miss Universe yang ditayangkan secara Live dari Indonesia ke Los Angeles. Judul penggarapan film yang akan diputar di layar lebar adalah Senandung Harapan. “Judulnya tidak begitu menarik karena dibiayai orang lain” tuturnya.
Hasil karyanya dalam membuat/memproduksi sebuah film terlihat ketika beliau menjadi mahasiswa sekitar tahun 2004 dan 2005. Di samping itu dia juga mengikuti banyak workshop tentang film. Selain mebuat film, beliau juga membuat company profile, iklan, dan terkadang juga membuat dokumentasi.
Jadi jika ada yang berminat masuk dunia film tidak harus langsung belajar filmnya, tapi bisa melalui dokumentasi juga. Melalui dokumentasi seperti acara-acara event, ulangtahun pun bisa meningkat menjadi company profile, lalu video clip, dan akhirnya bisa memasuki dunia film.
Semenjak beliau masih kecil, talenta dasarnya adalah teater dan sastra. Sejak SD hingga SMA beliau banyak mengikuti lomba puisi dan teater. Lomba baca puisi di pentas seni dan baca puisi radio pun pernah dilakoninya. “Di dalam filmpun juga ada sastra, yakni naskah dalam film tersebut” paparnya. Kegemaranya dalam bidang kesenian menurun dari ayahnya yang seorang deklamator, khususnya pembaca puisi dan pemain teater di tahun 70-an.
Gelar yang diraih anak ketiga dari empat bersaudara inipun tidak sedikit. Yaitu juara pertama kameramen terbaik awal tahun 2000, dan company profile terbaik se-indonesia yang diadakan di ITS tahun 2010 dan meraih juara pertama juga. Serta mendapat juara ketiga event iklan yang diadakan oleh bank BTPN se-indonesia timur ditahun 2012 dari dua puluh enam kelompok kontestan.
Selama berada di dunia film, beliau juga mempunyai tokoh inspiratif. Rudi Sujarwo dan Steven Spielberg adalah dua dari beberapa tokoh yang menginspirasinya. Baginya, yang menginspirasi adalah cara mereka borkumunikasi antar sesama pemain dan ceritanya. Sehingga dari beberapa film tokoh inspirasinya, lahirlah sebuah ide dan keinginan untuk berkomunikasi dengan kru film sebagai teman, bukan atasan. Dari empat bersaudara, kakak tertua beliau telah meninggal. Kakak keduanya adalah seorang pengacara di Jakarta. Dan adiknya adalah pegawai negeri di Sidoarjo.
Selama menimba ilmu di Stikosa AWS, beliau lulus dengan waktu tujuh tahun karena lebih sering berkegiatan dan bekerja daripada kuliah. Banyaknya event yang dia buat menjadikan dia sebagai mahasiswa yang memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Organisasi di luar kampus yang pernah dia ikuti ada dua, yaitu organisasi kesenian di salah satu partai yang dia tekuni selama lima tahun sejak mahasiswa. Sedangkan yang kedua adalah komunitas film selama sepuluh tahun semenjak SMA yang pernah mendatangkan Arya Kusuma Dewa, Dedi Nugroho dan Slamet Raharjo dalam beberapa event.
Dalam membuat sebuah karya, halangan pasti tidak bisa dihindari. Halangan terbesar yang pernah dialami oleh pria asal Surabaya ini, adalah keinginan dan niatan mereka. Dan yang kedua adalah mencari investor dan klien adalah hal yang cukup sulit, juga mengelola tim reduksi dan kreativitas.
“Film Indonesia mungkin harus ada peningkatan dari kualitas dan kuantitas, dan jangan sampai menjadi film yang tidak bisa menjadi tuan rumah dinegerinya sendiri dan dilecehkan oleh masyrakat Indonesia” Pesan Don Aryadien untuk karya film di Indonesia. Beliau juga memberikan pesan untuk mahasiswa stikosa AWS untuk tetap bergerak dan berjuang di bidang masing-masing serta menolak untuk menjadi lemah dan mudah mengeluh. (N/F: Dewid/Google.com)