Berawal menjadi seorang ‘penikmat’, kini tahap sebagai ‘pencoba’ dijalani. Ya, mencoba membuat wadah penampung kreativitas jurnalistiknya.
Profesi Hendro Dwijo Laksono sebagai jurnalis merupakan buah inspirasi tokoh Tin-tin, seorang wartawan yang biasa melakukan investigasi keseluruh dunia, bahkan hingga ke bulan. Bukan hanya itu, kegemaran membaca hal-hal berbau arkeologi dan antropologi juga menarik pria asli bojonegoro ini menggeluti dunia menulis.
Dari membaca ia berhasrat menjadi seorang jurnalis. Hal itu menjadi bekalnya meraih angan tersebut. “Semasa kecil dulu, setiap hari ada tiga koran berbeda di rumah. Sedangkan ayahku sendiri menyiapkan majalah Bobo untukku, majalah Hay untuk kedua kakakku,” ungkap bungsu dari tiga bersaudara ini.
Terjun dalam dunia jurnalistik bukanlah keterpaksaan. Kedua orang tuanya bersikap biasa dengan minatnya ini. Namun dukungan besar datang dari kakak perempuannya.
Saat duduk dibangku SMA, Dia terjun dalam pembuatan majalah dinding sekolahnya. “Ketika SMA content tulisan saya bukan musik dan fashion, yang kebanyakan anak SMA lain buat. Tapi, jenis liputan investigasi. Contohnya 10 alasan mengapa murid membenci guru,” kenangnya.
Dia merasa sebagai seorang jurnalis ketika pertama kali menulis berita. “Saya menulis sejak menggarap majalah dinding SMA. sejak itu pula saya merasa sebagai seorang jurnalis,” akunya.
Namun semua itu tak luput dari dorongan dan semangat dari gurunya semasa SMA. Yaitu Ninik guru BK dan Khoirul Anam guru bahasa Indonesia. “Bu Ninik pernah berkata bakat saya dibidang menulis,” ujarnya sambil mengepulkan asap rokok.
Ilmu yang dimilikinya tak hanya datang dari buku saja. Ia lebih banyak memperoleh ilmu dari lingkungan. “Saya belajar tak dari buku saja, tetapi juga bertanya ke pak Anam (Khoirul Anam). Dia motivator bagi saya,” ceritanya penuh kenang.
Setelah lulus SMA Ia ingin melanjutkan Studinya dibidang komunikasi. Waktu itu, Ia mempunyai dua pilihan perguruan tinggi. Salah satunya Sekolah Tinggi Ilmu Komuniksai-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) yang direkomendasikan oleh Anam.
Di sekolah tinggi yang banyak membidani lahirnya wartawan ini, Ia merasa telah mendapatkan teori serta pengalaman-pengalaman yang didukung dosen-dosen yang mempunyai pengaruh serta peranan penting di dunia media. “Dulu, saya pernah diajar tiga dosen sekaligus dalam satu mata kuliah. Dan itu kenangan tak terlupakan,” ujar alumnus Stikosa-AWS 1998.
Di Stikosa-AWS ia tak hanya menggali ilmu di perkuliahan saja. Tapi bersama Acta Surya, organisasinya semasa kuliah, Ia menerapkan ilmu yang dimilki. Semangatnya untuk terus berkarya begitu besar. Baginya wadah ataupun fasilitas bukanlah sebuah halangan. “Bagi kami yang penting berkarya,” ungkap redaksi Acta Surya angkatan 1992.
Menurutnya terdapat perbedaan segi penulisan antara wartawan dulu dengan sekarang. Karena semuanya akan berjalan mengikuti perkembangannya. “Bagus atau tidaknya jurnalis yang dulu dengan yang sekarang, tergantung dari minat pembacanya. Kalau pembacanya semakin banyak, ya berarti bagus,” tuturnya sembari membenahi posisi duduknya.
Menurut penggemar kopi ini, salah satu pengalaman terindahnya menjadi jurnalis adalah ketika Ia mewanwancarai terdakwa yang akan dihukum mati, Sumiarsih. Namun, baginya setiap liputan adalah pengalaman yang indah. Termasuk ketika mewawancarai idola-idolanya. Seperti, Pramoedja Ananta Toer, W.S.Rendra, dan Gunawan Muhammad. “Saya selalu menikmati dan menyenangi pekerjaan yang saya lakukan. Jadi bagi semuanya selalu berkesan,” tutur mantan redaksi harian Surya ini.
Segudang pengalaman jurnalistik dibeberapa media, mendorongnya membuat media sendiri untuk menuangkan kreativitas jurnalistiknya. Akhirnya kini ia mendirikan MS Media dengan produk-produknya, seperti majalah East Java Traveler, majalah E-Life, Muffinews.com dan eastjavatraveler.com.
Disamping itu ia juga menjadi dosen di beberapa perguruang tinggi. Salah satunya di Stikosa-AWS. “Saya selalu menganjurkan pada mahasiswa saya untuk membaca koran setiap hari,” tutur dosen mata kuliah Reporting I Stikosa-AWS ini.
Jabatan General Manager (GM) MS Media kini bukanlah hal yang istimewa. Baginya prestasi paling membanggakan adalah menjadi seorang ayah untuk kedua anaknya. (Naskah: Rosari Y./Foto : Subagus Indra P.)
1 Komentar
inspiratif 🙂