actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook X (Twitter) Instagram
TRENDING
  • Mahasiswa Stikosa AWS Membersamai UMKM Kampung Kue Rungkut Surabaya Untuk Melek Digital
  • Hari Ibu Jadi Momentum RTIK Surabaya Kenalkan Teknologi AI untuk Pemasaran Digital
  • Berani Berbisnis: Mahasiswi Inspiratif Seimbangkan Pendidikan dan Usaha
  • Peringatan Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional 2024 dengan Pameran dan Orasi Kemanusiaan di Unair
  • Aksi Darurat Demokrasi di Surabaya, Buntut Kontroversi RUU Pilkada
  • Tolak RUU Penyiaran, Koalisi Masyarakat dan Pers di Surabaya Gelar Aksi
  • Laboratorium Jurnalisme di Kampus Wartawan
  • Bangun Kemampuan Berbicara Depan Umum, UKM Surabaya Muda Gelar Pelatihan Public Speaking
Facebook X (Twitter) Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»GAYA HIDUP»Mahasiswa Rindu Kampung Halaman
GAYA HIDUP

Mahasiswa Rindu Kampung Halaman

redaksiBy redaksi1 Juni 2019
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Actasurya.com – Selamat datang di Indonesia, negara dengan populasi penduduk hingga 266,91 juta jiwa, menurut survei penduduk antar sensus (supas) tahun 2019. Hal ini juga didasari oleh pemerataan penduduk di setiap pulau yang ada di Indonesia.

Tak heran ketika perayaan hari besar seperti Lebaran, banyak penduduk yang pulang ke kampung halaman atau istilah populernya mudik, tak terkecuali mahasiswa perantau.

Sebagai mahasiswa, momen lebaran yang datang setahun sekali ini mereka damba-dambakan, sebab pada saat momen itulah mereka dapat berkumpul bersama keluarga.

Namun, ada beberapa mahasiswa yang tak bisa berkumpul dengan sanak keluarganya karena keterbatasan waktu, hingga biaya akomodasi yang harus dikeluarkan untuk pulang kampung.

Seperti yang dialami Ade Resti Ramadhani mahasiswa semester 6 Stikosa-AWS. Tahun ini, Ade tidak bisa merayakan lebaran bersama keluarga besarnya yang berada di Kabupaten Berau Kalimantan Timur.

Ade mengeluhkan tak dapat mudik dikarenakan harga tiket pesawat yang melonjak tinggi melebihi biaya SPP di kampusnya sekarang. Harga tiket yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan dikarenakan banyaknya turis mancanegara yang berlibur di Indonesia sangat berdampak kepada mahasiswa perantau seperti Ade.

“Kebetulan tahun ini saya tidak ada agenda mudik, karena kendala dengan harga tiket pesawat yang semakin mahal, harga tiketnya sekarang ada yang sampai lima juta, lebih mahal dibanding SPP kuliah saya,” ujar mahasiswa jurusan Jurnalistik ini.

Bagi seorang mahasiswa perantau bukan hanya harga tiket saja yang menjadi kendala mereka tidak bisa pulang kampung dalam waktu yang relatif lama. Ada juga alasan waktu libur kuliah yang kurang panjang, sehingga mahasiswa khususnya yang berasal dari luar pulau, enggan mudik karena keterbatasan waktu untuk berkumpul bersama sanak saudara.

Juga seperti yang dialami Alifia Widya Febyani mahasiswa yang berasal dari Jayapura. Alifia panggilan akrabnya mengeluhkan jika tahun ini ia tidak bisa merasakan pulang kampung untuk yang ke-3 kalinya semenjak ia menuntut ilmu di kota pahlawan.

“Sebenarnya kendala tahun ini itu di perkuliahan sih. Aku ngambil mata kuliah bebas mice, lah terus eventnya seminggu setelah Ujian Akhir Semester. Jadi agak rugi semisal mau balik ke Jayapura kalo cuman sebulan dengan harga tiket pulang pergi yang bisa buat bayar kuliah untuk tiga semester,” jelasnya saat ditemui awak Acta Surya.

Banyak hal yang dirindukan mahasiswa perantau yang tak bisa pulang kampung. Mulai dari hidangan masakan khas saat lebaran di rumah, bersilahturahmi ke saudara, hingga melaksanakan tradisi sungkem kepada orang tua. Demi mengobati rasa rindu dengan keluarga, setelah sholat ied, Alif biasa melakukan video call melalui handphone.

“Rindu sih pasti ya, biasanya pas malam takbir di rumah sudah sibuk-sibuknya nyiapin makanan. Setelah sholat ied aku sih biasanya langsung video call sama ibu seperti lebaran tahun kemarin,” ucapnya.

Ade pun juga begitu, ia juga merasakan rindu saat tidak pulang kampung saat libur lebaran kali ini. Perasaan sedih selalu berkecamuk di dalam hatinya karena tidak bisa melakukan kebiasaan sedari kecilnya di kampung halaman saat lebaran tiba.

“Pastinya ada rasa sedihnya karna nggak bisa kumpul sama keluarga. Walaupun saya punya saudara di Surabaya tapi kan lebih bahagia kumpul sama orang tua di saat ada masalah dan pengen nangis kamu juga akan merindukan orang tua dan kampung halaman,” imbuhnya. (N/F: ada/cla) 

Mahasiswa rantau Mahasiswa rantau mudik mudik 2019 Rindu mudik
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website
  • Facebook
  • X (Twitter)
  • Instagram

Related Posts

Membaiklah Indonesiaku

28 Maret 2020

Terkena Gas Air Mata, Berikut Cara Mengatasinya

25 September 2019

Dambaan Menjadi Wartawan

9 September 2019

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.