Actasurya.com – Peradaban manusia tak luput dari budaya tulis menulis, di Indonesia budaya ini bermula sejak abad ke-4 masehi, yang dimana ditemukan bukti prasasti Yupa. Perkembangan tulis menulis berubah mengikuti modernisasi zaman, yang awalnya dijadikan sebagai kegiatan ritual, hingga menjadi kegiatan menulis karya tulis yang disebut sastra.
Ketertarikan pada sastra mampu mempertemukan dan menyatukan antar sastrawan hingga terbentuklah sebuah komunitas sastra, satu diantaranya ada Komunitas Tikar Merah. Komunitas yang berkegiatan di Surabaya ini merupakan salah satu komunitas independen yang digagas pada 10 Januari 2012. Bermula dari kegelisahan akan minimnya ruang belajar kesusastraan, khususnya di sekitar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA).
“Berawal dari nama Komunitas Rel Kereta, karena saat proses belajar bersama, kita seringkali berjalan di sepanjang rel kereta depan kampus UINSA sampai stasiun Wonokromo. Namun setelah beberapa bulan kemudian berubah menjadi Komunitas Tikar Merah,” ujar Ketua Komunitas Tikar Merah, Aciha Lubaidillah.
Nama Tikar Merah sendiri dipilih sebagai idiom yang bisa merepresentasikan kepada siapapun yang ingin berproses bersama dengan satu energi yang sama pula, dimana anggota komunitas ini sendiri berasal dari berbagai macam latar belakang. Lewat keanggotaan di komunitas ini mereka bisa mengekspresikan diri melalui sastra yang mereka tulis. Terdapat kurang lebih sepuluh anggota yang ada, mereka tidak hanya dari kampus UINSA saja, melainkan dari kampus lain seperti dari sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW).
“Kami tidak membatasi, kalau mau gabung silahkan dan kami tidak juga memaksakan untuk terus berkumpul sih. Karena komunitas ini kan hanya untuk menaungi anak-anak yang menyukai sastra dan kita belajar bersama,” ujarnya.apa acara dengan menampilkan musikalisasi puisi dan teater. Mereka biasa tampil di beberapa kampus yang ada di Surabaya maupun Madura.
Komunitas ini tak hanya membuat sastra, mereka juga biasa tampil di beberStatus komunitas ini yang termasuk komunitas independen, mengharuskan mereka melakukan pengumpulan donasi sebagai dana untuk mengadakan beberapa acara, seperti bedah buku serta event lainnya yang berhubungan dengan sastra.
Ketua komunitas ini berharap agar Komunitas Tikar Merah tetap eksis dan berkarya,”harapan kita tetap memberikan warna kedepannya tidak hanya sekadar komunitas, tapi juga memberikan sumbangsih terhadap keadilan,” tutupnya. (N/F: avt/agt)