actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook X (Twitter) Instagram
TRENDING
  • Kemeriahan Parade Juang, Semangat Pahlawan Terpancar di Jalan Surabaya
  • Stikosa-AWS Photo Week 2023: Peringatan Isu Lingkungan Lewat Fotografi
  • Dibalik Gunung Anyar Yang Memiliki Potensi Alam
  • Stikosa-AWS dan YDSF Adakan Workshop, Tingkatkan Kreativitas Menulis dan Memotret
  • Pelantikan Ketua Stikosa-AWS 2023-2027, Siap Tambahkan Program Studi Baru
  • Mahasiswa Stikosa-AWS Gelar ‘Wani Lokal’ Gandeng Pelaku UMKM di Surabaya
  • Delapan Mahasiswa Stikosa-AWS Peroleh Bantuan Biaya Riset hingga UKT dari Beasiswa BRIN
  • “Atas Nama Tanah Pakel” Kilas Balik Bentuk Perlawanan Warga Pakel Mencari Keadilan
Facebook X (Twitter) Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»GAYA HIDUP»Kolaborasi Rasa Rujak Cingur Surabaya
GAYA HIDUP

Kolaborasi Rasa Rujak Cingur Surabaya

redaksiBy redaksi2 Juni 2009Updated:9 Februari 2013Tidak ada komentar2 Mins Read
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Ketika menyebut kata rujak cingur, ingatan langsung tertuju pada Kota Pahlawan. Makanan khas Surabaya ini terdiri dari sayur, buah, tahu, tempe ditambah potongan cingur sapi. Semua bahan dicampur dengan bumbu yang terbuat dari petis, kacang tanah, cabai dan gula merah.

Kurang lengkap jika berkunjung ke Surabaya tanpa menikmati menu rujak cingur. Penjual kudapan ini bisa ditemui di setiap sudut Surabaya. Salah satunya di Jalan Achmad Jais 40, Surabaya. Bedanya, di tempat ini sang pejual bukan masyarakat kota ini, tetapi warga Tionghoa yang tinggal di Surabaya.
Depot rujak milik Ng Giok Tjoe atau lebih dikenal dengan mama Giok Tjoe ini sudah ada sejak tahun 1970. “Sekitar tahun 70-an itu kami sekeluarga sering mendapat kiriman cingur dari seseorang setiap harinya. Lantas bingung mau diapakan karena terlalu banyak. Kemudian mulai ada keinginan untuk membuka warung yang menjual rujak cingur. Ternyata hasil dari racikan keluarga banyak yang suka. Buktinya bisa bertahan sampai sekarang”, kata Ong Sioe Sin, penerus usaha milik neneknya ini.
“Rujak cingur di sini berbeda dengan rujak cingur lainnya. Perbedaanya dari tempe sama cingurnya. Di sini tempenya kering seperti keripik tempe, sedangkan untuk cingurnya sendiri itu empuk dan enak. Lain dengan orang–orang yang cingurnya keras”, jelas Ong Sioe Sin, anak Giok Tjoe.
Dalam sehari Rujak Cingur Akhmad Jais menghabiskan 20 kilogram cingur sapi yang dibeli di pasar Pegirian. Buah yang digunakan, seperti bengkoang, mentimun, kedondong dan mangga muda.
Memanfaatkan ruang depan rumahnya, Giok Tjoe memulai berjualan setiap pukul 10 pagi hingga 5 sore pada Senin sampai Sabtu. Sedangkan hari Minggu, pengunjung bisa menikmati sajian mulai pukul 11 siang hingga 5 sore. Harga satu porsinya adalah 35 ribu rupiah. (Naskah/Foto: Bayu Basu Seno/ Abdul Wachid)


Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website

Related Posts

Membaiklah Indonesiaku

28 Maret 2020

Terkena Gas Air Mata, Berikut Cara Mengatasinya

25 September 2019

Okra Jadi Minuman Rendah Gula

13 Agustus 2019

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.