actasurya.com – Tak peduli usia menua, kakek 62 tahun terus pertahankan ciri khas tahu campur pikulan. Di era yang serba praktis ini nampaknya sudah jarang menemukan penjual tahu campur yang menggunakan pikulan. Banyak penjual tahu campur yang mulai beralih menggunakan grobak dorong untuk menjajahkan kuliner asal Lamongan ini.
Tapi berbeda dengan Sukardi, pria yang bertempat tinggal di jalan Pacar Kembang-Surabaya. Di usia yang sudah tua, Sukardi masih bertahan menggunakan pikulan untuk menjajahkan tahu capur.Meski tubuhnya mulai renta, tapi ia masih kuat memikul dagangannya berkeliling. Namun, hal itu tak menjadi masalah, karena menurutnya ini lah kekhasan tahu campur asal kampung halamannya.
“Tahun 1996 saya sudah berkeliling bersama kawan saya jualan tahu campur sambli dipikul, jalan kaki muter-muter cari pelanggan. Kalau dulu gak ada orang jualan tahu campur gawe gerobak dorong, semua kebanyakan ya dipikul. Itu yang membuat beda dengan yang lainnya, dan sudah jadi ciri khas mas, pikulannya ini juga ukiran,” cerita Sukardi sambil melihatkan kayu ukiran.
Makanan sederhana dengan campuran mie kuning basah, tauge, tahu goreng diiris kecil, sayur selada, perkedel singkong, daging urat sapi, dan tambahan bumbu petis udang serta siraman kuah kaldu di atasnya menambah kesegaran dan rasa gurih. Tidak ketinggalan pula krupuk udang juga ditambahkan di atas gundukan tahu campur.
Kenikmatan sepiring tahu campur ini hanya dihargai 8000 perporsinya oleh pria yang mulai menjajahkan masakannya dari jam 19.30 hingga tengah malam, bahkan jika sepi pembeli Sukardi baru pulang ketika subuh. Harga yang dipatok seakan tidak seimbang dengan kerja kerasnya yang harus memikul dagangannya berkeliling. Tak jarang Sukardi sering merasakan linu dan bengkak di bahunya.
Di akhir wawancara, Sukardi menambahkan bahwa apapun alat untuk menjajahkan tahu campur, entah gerobak dorong atau dipikul, yang terpenting adalah kualitas masakan. Karena rahasia dari tahu campur yang enak terdapat pada bumbu petisnya, jika petis udang yang digunakan berkualitas baik dan enak maka tahu campur yang dihasilkan bisa membuat orang ketagihan.
naskah dan foto: Dimas Aldamma