actasurya.com – Hidup di kota memang tak lepas dari hiruk pikuk serta kemacetan yang kian padat. Ditambah lagi, dengan rutinitas sehari-hari yang juga tak kalah padatnya. Hal inilah yang membuat masyarakat khususnya kota Surabaya, sering bepergian ke luar kota untuk sekedar melepas rasa penat.
Namun, jangan salah, kini Surabaya mulai berbenah. Hal ini terlihat dari dibangunnya berbagai objek wisata baru. Seperti banyaknya taman kota yang menjamur, mall-mall kelas atas serta berbagai wahana bermain anak-anak. Salah satunya, sebuah tempat yang makin digemari remaja masa kini, yaitu hutan bambu.
Berada di jalan Keputih Tegal, kecamatan Sukolilo, hutan ini tumbuh dengan lebatnya. Akses menuju lokasi terbilang sangat mudah, bisa dilalui dengan kendaraan bermotor atau angkutan kota. Daerah yang dulunya merupakan bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini terletak persis di sebelah timur terminal Keputih.
Kebijakan Pemerintah untuk merubah TPA menjadi kawasan konservasi hijau bagi tanaman bambu dirasa sangat tepat. Tentunya hal ini juga memiliki dampak yang baik bagi ekosistem lingkungan. Tak hanya itu, bekas tempat pembuangan sampah yang kaya akan zat-zat kompos membuat tanaman bambu tumbuh dengan amat subur.
Memasuki hutan ini, suasana asri langsung datang menghampiri. Tatanan serta peletakan sekumpulan bambu yang rapi turut menyegarkan sepasang mata yang melihatnya. Berjalan menyusuri hutan ini juga terasa sejuk, dikarenakan matahari nampak bersembunyi di sela-sela bambu yang tertata rapat.
Hutan bambu Keputih saat ini ramai dikunjungi masyarakat yang haus akan tamasya, terutama pelajar dan mahasiswa. Kebanyakan dari mereka sengaja datang untuk melukis momen bersama sahabat ataupun kekasih. Seperti yang dilakukan oleh Mery Ditha, berawal dari rasa penasaran, mahasiswi Stiesia ini datang bersama sahabatnya.
“Pengen tau aja, soalnya tempat ini lagi hits di sosial media,” ujar perempuan berkacamata ini.
Memang, hutan bambu ini sedang ramai diperbincangkan di media sosial seperti instagram. Mery juga mengaku mendapat informasi tentang adanya tempat ini melalui teman-temannya. Namun, ia juga menyayangkan kebersihan tempat ini yang kurang terjaga.
“Pertama masuk terlihat biasa-biasa saja malah tempatnya kotor, beda dengan yang di foto,” tutup Mery. (N/F : Hilda)