actasurya.com – MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) adalah relawan-relawan yang mengajari masyarakat untuk bisa peka melihat dan menyadari tentang berita hoax. “Kami tidak bisa memerangi sumber dari hoax itu sendiri, yang bisa kami lakukan hanyalah mengedukasi masyarakat agar mampu mengolah berita yang mereka terima, memilah mana berita yang benar dan mana yang tidak,” ujar Rovien Ayunia, salah satu anggota Mafindo, yang berprofesi sebagai human resource di salah satu perusahaan swasta di Surabaya.
Cara mengetahui kalau berita itu hoax dan tidak adalah pertama, rujukannya harus benar. Kedua, harus mampu mengendalikan diri untuk tidak mudah sharing berita, kata kuncinya harus mampu mengendalikan diri dulu. Ketiga, literasi. “Kalau bahasa literasi terlalu sulit, minimal mereka bisa membandingkan beberapa berita dulu,” jelas Rovien.
Menurut Mafindo, berita hoax yang paling kerap sebenarnya terjadi di grup-grup tertutup seperti di WA. Karena bersifat privat dan terlindungi jadi mudah sekali terpengaruh. Nah, dari situlah para relawan Mafindo seperti Rovien memberitahu dan membuktikan bahwa berita tersebut adalah hoax. Namun, niat baik itu tidak selalu berjalan mulus. “Pasti itu ada resiko seperti kita tidak disukai,” imbuh Rovien.
Tapi Mafindo tidak pernah berhenti. Mereka tetap pada pendirian mereka bahwa penyebaran berita bohong harus tetap diredam. Untuk itulah mereka tetap melakukan kegiatan. Seperti Minggu (9/4), di Taman Bungkul Surabaya, dalam CFD mereka kembali melakukan kegiatan bertema Edukasi Surabaya Anti Hoax.
Mafindo awalnya terbentuk melalui Forum Anti Fitnah dan Berita Bohong yang ada di Facebook. Forum ini sendiri dicetuskan pada tahun 2015 lalu. Namun demi mendapat akses mudah dari Pemerintah dalam memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarkat, Mafindo pun di bentuk pada tahun 2016 kemarin sebagai badan hukum.
Ketuanya, Septiaji Nugroho, dia lah yang kemudian mengajak 6 kota: Semarang, solo, Surabaya, Bandung, Jakarta dan Boyolali untuk menggelar kegiatan untuk mendeklarasikan Masyarakat Anti Hoax. Setelah itu di ikuti oleh beberapa kota seperti Jogjakarta, Batam, serta Makassar.
Mafindo Surabaya beranggotakan 80-an orang. Ada anggota yang aktif dan tidak. Kalau koordinatornya sendiri 16 orang. Setiap kota punya dominasi anggota yang berbeda. Di Jogjakarta misalnya, di dominasi oleh seniman, di Solo didominasi oleh wartawan, sedangkan di Surabaya didominasi oleh akademisi.
Setiap satu bulan mereka berkumpul. Di Surabaya mereka biasanya berkumpul di rumah salah satu relawan Mafindo di daerah Mejoyo, di dekat Ubaya. Mereka biasanya berkumpul dengan mengangkat satu tema untuk dibahas. “Kapan hari kita belajar UU ITE, kebetulan ada yang dosen hukum. Terus, yang kemarin itu dari wartawan dua orang. Jadi kami juga akhirnya ngerti framing itu seperti apa,” jelas Rovien.
Selanjutnya Mafindo akan ke sekolah-sekolah untuk mendeklarasikan bahaya berita hoax ini. “Kita pengennya ke sekolah-sekolah sih. Karena hoax (berita bohong) itu tidak pernah selesai,” tutup Rovien. (N/F: Ebi/ Dok.Mafindo)