Actasurya.com – Yukata (baju setelah mandi) merupakan baju khas Jepang yang berjenis kimono non formal, pakaian yang terbuat dari bahan kain katun itu biasa dipakai oleh wanita maupun pria saat musim panas tiba. Pakaian Yukata yang telah menjadi budaya di Jepang dan selalu digunakan dalam berbagai kegiatan. Fakultas Sastra Jepang Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) menggelar sebuah Workshop untuk mempelajari Yukata secara baik dan benar.
Dalam workshop kali ini, Cicilia Tantri sebagai Dekan Fakultas Sastra menggandeng mahasiswa sastra, dosen sastra, lima SMA dan SMK. Juga menghadirkan Tani Miwoko (istri konsulat jendral Jepang di Surabaya) sebagai pakar dalam pemakaian dan perawatan busana Yukata, untuk memberikan edukasi budaya Jepang dan bagaimana cara memakai Yukata.
“Kami sering mengadakan kegiatan-kegiatan budaya, tapi mahasiswa sastra Jepang tidak bisa pakai Yukata, karena bingung cara memakainya. Jadi ini sebagai salah satu pembelajaran budaya, agar mahasiswa daoat mengetahui salah satu budaya Jepang, terutama pakaian tradisional Yukata,” kata Cicilia di ruang R. M. Soemantri, Rabu (05/12).,
Sementara itu, para audiens diajak untuk memakai Yukata sendiri, sambil diajarkan oleh Tani Miwako dan didampingi oleh pemateri. Istri Konjen Jepang di Surabaya itu juga menjelaskan fungsi kegunaan dari baju tradisional Jepang.
“Saya ingin melihat masyarakat Surabaya mengenal Yukata dengan cantik. Yukata biasa dipakai pada musim panas, karena banyak festival di siang hingga malam. Pakaian itu bisa dipakai dimusim panas saja, karena Yukata dibuat dari katun yang dingin,” jelasnya.
Di Jepang sendiri, pakaian Yukata hanya dipakai untuk acara-acara festival dan musim panas saja. Tidak digunakan dalam sehari-hari, terlebih saat sekolah.
“Untuk sekolah sehari-hari tetap memakai seragam sekolah, kalau ada acara-acara baru pakai Yukata,” tambahnya.
Emilia Agustina, salah satu audiens yang berasal dari SMA Dr. Soetomo terlihat senang karena berkesempatan mencoba langsung pakaian khas Jepang. Emilia mengaku, acara workshop ini dapat menjadi pembekalan ketika ingin meneruskan ke perguruan tinggi dengan konsentrasi Sastra Jepang.
“Jadi bisa tau fungsinya Yakuta, terus bisa tahu bedanya Yukata dengan Kimono. Buat pelajar-pelajar yang mau masuk Sastra Jepang bisa berguna, dan dengan adanya workshop ini jadi saya jadi ingin masuk sastra Jepang disini (Umitomo),” tutupnya. (N/F: Esti)