actasurya.com – Usianya kian menua, kulitnya tak lagi kencang, keriput pun tampak disetiap bagaian tubuhnya. Kini tubuhnya telah lapuk termakan waktu, namun tak membuat semangatnya pudar.
Setiap hari, seiring bergantinya sang mentari dan rembulan, Toirin selalu giat mencari nafkah. Di usianya yang mencapai 81 tahun ini, ia berusaha mempertahankan hidupnya bersama sang istri.
Lantaran tak bisa bertani, pria asal Blitar ini, mengikuti ajakan temannya untuk merantau ke Surabaya. Sejak kecil ia telah hidup di Kota Metropolitan ini. Karena tak mempunyai keahlihan, ia rela menarik becak di bawah teriknya matahari, dan ketika malam tiba ia menjadi penjual mainan anak.
“Dari kecil saya sudah berjualan mainan ini. Saya datang ke sini diajak teman saya. Karena di Blitar, saya tidak bisa bertani. Akhirnya saya mau saja ikut teman saya ke Surabaya,” cerita Toirin.
Selain semakin menua, pada tahun 1980, ia pernah mengalami empat kali kecelakaan. Ia ditabrak oleh bus, sehingga ia tak sanggup lagi untuk menarik becak. Ia pun memutuskan hanya bekerja sebagai penjual mainan.
“Dulu saya masih kuat, untuk melakukan dua pekerjaan sekaligus. Tapi karena saya semakin tua, dan pernah ditabrak bus sampai empat kali, akhirnya saya berhenti naik becak. Dan sekarang saya hanya berjualan mainan saja,” kenangnya.
Pria yang tinggal di Jl. Jetis Baru 4/3A ini, biasa menjajakan dagangannya di samping selatan Royal Plaza, Surabaya. Ia berjualan mulai dari jm 3 sore hingga 10 malam. Hanya lampu mainan panjang dan balon karet yang ia jual, mulai dari ukuran sedang hingga besar. Selain di Royal Plaza, ia biasa berjualan di daerah Rungkut hingga Juanda.
Harga yang ia tawarkan pun bervariasi, mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 20.000 yang disesuaikan dengan jenis mainan dan ukurannya. Pendapatannya pun tak menentu, mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu, setiap harinya. Namun, menurut pria kelahiran 1933 ini, pendapatannya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kini, sang istri lah yang selalu setia menemaninya berjulan. Berbagai hambatan pun tak jarang mereka temui. Mulai dari diusir satpam hingga dagangannya masih utuh. Namun hal tersebut tak menyurutkan semangat mereka untuk mengais rezeki.
“Hambatan yang sering ditemui itu, diusir satpam. Buktinya tadi kami jualan di samping mall, kemudian diusir. Akhirnya pindah jualan di depan parkiran luar,” ujar Samijah, istri Toirin.
naskah dan foto: Qurratu A’yun