actasurya.com – Berada di kawasan Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, terdapat pantai yang panorama keindahannya masih terjaga. Pantai Kondang Merak namanya. Berdampingan dengan Pantai Balekambang dan Pantai Long Bridge yang berjajar dari timur ke barat. Pantai Kondang Merak masih belum dikenal banyak wisatawan.
Dinamai Kondang Merak, karena dahulu terdapat Kondang (muara) yang banyak dihuni burung merak. Namun kini tak satupun merak melintas akibat perburuan liar pada 1980 an. Saat ini pun hanya terlihat muara yang dikelilingi pepohonan yang pertumbuhannya sangat alami.
Perjalanan tengah malam pun saya pilih agar pagi hari dapat mengabadikan moment matahari terbit. Karena sebelumnya pernah ke sana, medan jalan pun sudah saya kenali. Jalanan yang naik turun, berliku menembus hutan bukan menjadi pantangan. Maka perjalanan harus saya lalui dengan sangat waspada.
Berangkat dari Sidoarjo pukul 23.00 WIB, daam perjalanan, nyaris tak ada masalah. Untuk mencari arah masuk lokasi pantai juga telah terpampang pada papan penunjuk arah. Jadi walaupun jalan menembus hutan, jangan khawatir bila tersesat. Ketika waktu menunjukkan pukul 03.00 WIB, saya telah sampai di pos pertama Pantai Kondang Merak.
Jangan merasa lega dulu. Karena dari pos pertama ini, masih harus menembus jalan yang berbatu dan bercampur lumpur sejauh 5 km. Selain itu, juga ada tanjakannya. Jadi, kendaraan yang memiliki ban kurang layak, jangan coba-coba memasuki wilayah ini. Karena jalanan ini menembus hutan, jadi tidak ada tambal ban maupun penjual bensin eceran.
Suara Kalong yang saling menyahut, seolah menyambut kedatangan penjelajah. Karena medan tidak bersahabat, jadi kecepatan hanya sekitar 5 km/jam. Sangat disarankan jangan berkunjung ketika musim hujan. Karena jalanan akan semakin licin terselimuti lumpur.
Hingga sekitar satu jam kemudian, tibalah pada pos pemberhentian kedua. Walau dini hari, sudah ada petugas penjaga loket. Sehingga harus merogoh kocek Rp 10.000 untuk satu tiket dewasa.
Matahari masih belum muncul, jam menunjukkan pukul 04.00 WIB. Di tepi pantai hanya ada sekitar 4 tenda wisatawan yang sudah datang lebih awal dari saya. Memang, pantai ini belum terlalu dikenal banyak orang. Penerangan di lokasi pantai pun sangat minim. Hanya mengandalkan tenaga diesel untuk mencari sumber listrik.
Samar-samar terdengar suara adzan subuh dari musholla. Di sini hanya terdapat satu musholla yang sangat sederhana dengan penerangan yang minim pula. Saya bersama wisatawan lainnya pun segera melaksanakan ibadah shalat subuh berjamaah.
Matahari mulai terbit. Seakan-akan ucapan selamat datang yang sedang dikomunikasikan pantai ini pada wisatawan. Bebatuan karang yang beragam warna menjadi daya tarik utama. Sehingga dengan segera, saya mengabadikannya. Keindahan ini seolah dapat melupakan lelahnya perjalanan dini hari tadi.
Sembari menikmati semilir angin laut, tiba-tiba ada nenek yang mengatakan kepada saya. Bahwa di balik keindahan pantai yang masih perawan ini ada ruh yang berkeliaran. Nenek yang biasa disapa Juwariah ini mengatakan kalau sering ada peristiwa gaib yang terjadi di pantai ini.
“Sebenarnya tak akan ada masalah jika wisatawan tetap menjaga kesopanan dan peraturan yang ada. Namun berbagai peristiwa gaib akan terjadi bila ruh merasa terganggu. Bahkan tak segan-segan merasuki tubuh manusia yang mengganggunya,” pungkas Juwariah dengan tegas.
Nenek yang sudah sejak tahun 1998 tinggal di kampung nelayan ini juga mengakui, tempat yang paling angker tepat berada pada tebing karang yang sangat tinggi dan agung. Konon berbagai kejadian lebih sering terjadi di dekat tebing karang yang sangat besar itu.
Juwariah dulu mendapat cerita dari sesepuh yang sudah meninggal pun mengakui tebing yang berada di bibir pantai ini sering mengeluarkan suara aneh. Suara tangisan, suara wanita tertawa pun sering terdengar. Tak jarang pula dahulu saat masih ada merak liar yang menjelma menjadi wanita cantik berkostum serba biru.
Konon Merak biru ini sekadar minum di muara yang mempertemukan air asin dan air tawar. Ujang wisatawan asal Jombang yang mengaku tiga tahun lalu pernah melihat fenomena yang aneh di pantai yang masih perawan ini. Kabut yang tiba-tiba datang ke atas permukaan air laut itu pun tiba-tiba menutup permukaan air yang berjarak sekitar 200 meter dari bibir pantai.
Jika dikaitkan dengan cerita dari sesepuh sekitar, kabut tebal tersebut dipercayai sedang menutupi beberapa bidadari cantik yang turun dari kahyangan sedang mandi di pantai ini. Bila kabut tebal ini kembali naik, berarti tandanya para bidadari cantik kembali ke kahyangan.
Untuk itu bila kita berada di tempat yang belum kita kenal, jangan sesekali mengusik keberadaan makhluk astral. Sesungguhnya masih ada makhluk lain yang butuh kenyamanan di sekeliling kita. Saling menghormati dengan menjaga tutur kata, sikap, dan perilakulah yang harus kita laksanakan. (N/F: Wawan)