Bijak Bermedia Sosial Kini.
Actasurya.com – Semua duduk di ruang tamu. Tak terdengar suara orang bercakap, hanya sesekali terdengar suara tarikan nafas panjang. Atau suara decak. Ayah, Irvan, dan Putri asyik dengan gawainya. Ibu jadi merasa sendirian di ruangan itu.
“Ayah! Put! Van!” seru Ibu meminta perhatian. Ketika semua menoleh, Ibu melanjutkan: “Penyakit yang menimpa masyarakat, ternyata sudah hinggap di keluarga kita ya!”
“Penyakit apa Bunda?!” sambut Putri.
“Ibu sudah satu jam lho di sini, belum ada satu pun yang ngajak Ibu bicara. Kalian sibuk dengan gawai masing-masing. Ayah juga!” kata Ibu dengan nada kesal. Ayah buru-buru menaruh gadgetnya seraya segera putar badan menghadap Ibu.
“Maaf Mam, cuma mengomentari postingan teman!” kata Ayah.
“Kalau semua teman dikomentari, butuh waktu berapa jam?!”
Ayah tidak lagi merespon karena tahu Ibu sedang kesal. Langkah Ayah segera diikuti Irvan dan Putri. “Aku cuma kesel karena temanku menyebarkan berita bohong, berisi fitnah lagi. Jadi di samping membantah, ku kirim juga fakta sebenarnya. Sekalian memberi dia pelajaran,” ujar Irvan.
“Kan Ayah yang minta kita menutup hampir semua saluran televisi, berhenti berlangganan koran. Alasan Ayah karena media sekarang suka menebar berita bohong!” cetus Ibu.
“Bukan menyebar berita bohong, Bunda! Menurut Ayah, media bersikap tidak adil, tidak jujur,” celetuk Putri.
“Tidak jujur artinya ya berbohong. Wartawan itu kan saksi mata dan telinga masyarakat. Dia harus melaporkan apa yang didengar dan dilihatnya secara apa adanya. Aktivitas kelompok yang tidak se-ideologi, jangan sengaja disembunyikan, tidak diekspos,” tutur Ibu bersemangat.
“Kode etik wartawan juga melarang wartawan hanya mengambil bahan informasi yang menguntungkan kepentingannya. Prinsipnya, kalau musuhmu berbuat baik, beritakan. Kalau sahabatmu berbuat curang, ya beritakan!” kata Ayah.
“Dalam Al Qur’an disebutkan, jadilah saksi yang adil, meski terhadap orang-orang yang kita cintai. Janganlah kebencian kita terhadap sesuatu kelompok membuat kita berlaku tidak adil!” kata Putri seraya buru-buru menyambung.
“Kode etiknya wartawan itu sesungguhnya juga berlaku buat semua orang. Tak ada orang yang mau dibohongi. Pembohong saja tak mau dibohongi.”
“Maksud Bundamu, berhati-hatilah menulis, mengkopi paste, menyebarkan berita, foto atau video. Kalau tidak yakin akan kebenarannya, simpan untuk diri sendiri atau hapus!” kata Ayah.
“Selain diawasi polisi, jangan lupa, semua tindakan kita, selalu berada dalam pengawasan malaikat. Semuanya tercatat untuk kelak dimintai pertanggungjawabannya!”
Penulis : Zainal Arifin Emka
TRENDING
- Berani Berbisnis: Mahasiswi Inspiratif Seimbangkan Pendidikan dan Usaha
- Peringatan Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional 2024 dengan Pameran dan Orasi Kemanusiaan di Unair
- Aksi Darurat Demokrasi di Surabaya, Buntut Kontroversi RUU Pilkada
- Tolak RUU Penyiaran, Koalisi Masyarakat dan Pers di Surabaya Gelar Aksi
- Laboratorium Jurnalisme di Kampus Wartawan
- Bangun Kemampuan Berbicara Depan Umum, UKM Surabaya Muda Gelar Pelatihan Public Speaking
- Jajal Kuliner Khas Pontianak di Kedai Kungfu Kapasan
- Refleksi Satu Tahun Kepemimpinan Presbem Bobby: Fokus Mencari Dokumen yang Hilang