actasurya.com – Kabar duka menyelimuti Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater wartawan Surabaya (Stikosa-AWS). Salah satu tokoh pers yang juga pernah mengabdi sebagai dosen Jurnalistik di kampus Stikosa-AWS, Hernani Sirikit Syah meninggal dunia pada Selasa 26 April 2022 pukul 06.30 WIB.
Mendiang Sirikit menghembuskan napas terakhirnya setelah sembilan hari menjalani perawatan di Rumah Sakit Haji Surabaya. Jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Keputih, Sukolilo, pada pukul 12.00 WIB dari rumah duka di Rungkut Asri Timur Surabaya.
Menanggapi kabar duka ini, Meithiana Indrasari ketua Stikosa-AWS mengungkapkan bahwasanya seluruh sivitas akademika turut berduka dan merasa kehilangan tokoh dan senior yang menginspirasi. Meski tak berhubungan secara langsung, Meithiana banyak mendengar tentang Sirikit dari rekan Stikosa-AWS.
“Walau saya tidak pernah berhubungan langsung dengan beliau, banyak cerita dari rekan-rekan Stikosa-AWS tentang beliau yang humble, dermawan dan memiliki networking kuat,” Ungkapnya melalui pesan WhatsAp.
Mei menambahkan, Sirikit selalu memberikan motivasi untuk maju serta merekomendasikan para dosen kepada relasinya. Tak hanya itu Sirikit banyak menyumbangkan buku karya tulisnya yang menjadi koleksi di perpustakaan Kampus Stikosa-AWS.
“Buku-buku beliau juga banyak disumbangkan di perpustakaan Stikosa-AWS. Jadi InsyaAllah koleksi Perpustakaan Stikosa-AWS untuk tulisan Dr Sirikit cukup lengkap,” tambahnya.
Semasa hidupnya, Sirikit Syah meninggalkan kesan baik kepada para dosen di Stikosa-AWS. Suprihatin, salah satu dosen aktif di Stikosa-AWS ini memaparkan bahwa ia mengenal Sirikit sebagai pribadi yang cerdas, dan apa adanya. Wakil kepala dua di Stikosa-AWS ini juga menambahkan bahwa dirinya mengenal Sirikit sejak menempuh pendidikan sarjana strata satu (S1).
“Saya mengenal beliau sejak kuliah S1. Sosok yang cerdas, jujur, apa adanya, pemberani, ulet, humble, dan dermawan,” Tuturnya.
Selain itu, Zainal Arifin Emka dosen aktif di Stikosa-AWS mengenal Sirikit sebagai orang yang terbiasa bicara terus-terang, terbuka dan tanpa basa basi. Ia juga memiliki jejaring yang luas, dikenal dan mengenal banyak orang dari berbagai kalangan.
“Dia terbiasa berbicara apa adanya, sekalipun mungkin ditengah-tengah orang yang berbeda pendapat dengannya. Tentu saja tidak semua orang bisa menerima sikapnya, Itu hal lumrah. Tapi bu Sirikit tidak pernah ragu menyatakan sikapnya,” ucapnya.
Zainal menilai bahwa Sirikit telaten dalam membimbing, terbukti saat mengoreksi jawaban selalu disertai catatan penjelasan. Sirikit juga merupakan orang yang peduli terhadap kemajuan orang lain dan terbuka menyatakan pujiannya atas prestasi orang lain.
“Saya melihat beliau sangat telaten membimbing. Itu tampak ketika membimbing skripsi maupun mengoreksi jawaban ujian, selalu disertai catatan dan penjelasan. Beliau juga orang yang peduli pada kemajuan orang lain. Karena itu suka memberi kesempatan orang lain untuk tampil,” tutupnya.
Selama menjadi dosen di Stikosa-AWS, Sirikit dikenal sebagai sosok yang baik hati dan penyabar dalam mendidik. Hal ini dibenarkan oleh Adi Atma, (Alumni Stikosa-AWS) mahasiswa yang pernah dibimbing oleh Sirikit.
“Bu Sirikit itu dosen yang sangat baik hati, tidak mudah marah, kalau menjelaskan itu detail sekali. Beliau punya ciri khas sendiri jika mengajar, jadi mahasiswanya itu mudah mengerti dan mengingat,” ucap pria berkacamata ini.
Pernyataan yang sama juga diucapkan oleh Hening Dzikrillah alumni Stikosa-AWS yang juga pernah diajar oleh Sirikit. Hening panggilan akrabnya mengatakan bahwa Sirikit adalah salah satu alasan yang membuatnya melanjutkan pendidikan di Stikosa-AWS.
“Sebelum saya masuk di AWS, saya sudah mengenal ibu Sirikit Syah. Salah satu tujuan saya sekolah di AWS karena saya tahu bahwa bu Sirikit mengajar di kampus tersebut, jadi muncullah motivasi untuk saya sekolah di AWS,” ucapnya.
Mengenal secara dekat, wanita ini menjelaskan bahwa Sirikit merupakan dosen pembimbing skripsinya. Beliau adalah sosok yang selalu meninggalkan jejak baik dan selalu berusaha memberikan kontribusi yang baik untuk seluruh orang yang dikenalinya. Tak hanya itu, almarhumah adalah seorang dosen, praktisi jurnalis, penulis, yang menjadi kebanggaan bagi seluruh Mahasiswa yang pernah diajarnya.
“Beliau adalah dosen, praktisi jurnalis, penulis, novelis, yang menjadi kebanggaan bagi seluruh Mahasiswa yang pernah diajar. Beliau itu perempuan tangguh, perempuan cerdas, perempuan yang punya cita-cita. Yang punya mimpi, visi misi, dan yang punya tujuan jelas. Itulah yang saya kagumi dari sosok Bu Sirikit,” jelasnya.
Sirikit mendirikan Sirikit School of Writing (SSW) yang merupakan sekolah kepenulisan. Selain itu, pada 1999 yang lalu mendirikan organisasi “MediaWatch” pertama di Indonesia Lembaga Konsumen Media (LKM). Lembaga ini bertugas menerbitkan jurnal MediaWatch setiap bulan, memandu siaran interaktif di radio setiap minggu (weekly) mengenai perkembangan media massa dan freedom of the press, serta menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi jurnalis.
(N/F: DFF/Dok.Pribadi)