Beberapa spanduk yang berisikan tuntutan mahasiswa kepada Pemerintah Indonesia, untuk turun aksi ke jalan yang mulai menghiasi halaman kampus Stikosa-AWS, Selasa (24/9).
Actasurya.com – Rancangan Undang-Undang kontroversial yang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), memancing amarah semua pihak karena dinilai menciderai demokrasi di Indonesia. Hal tersebut membuat gejolak pergerakan mahasiswa memuncak, hingga menimbulkan pergerakan di berbagai daerah di tanah air.
Hal ini juga mendorong pergerakan Mahasiswa di Surabaya yang tak kalah sigap untuk mengambil sikapnya. Sebab banyak poin dalam Undang-Undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) yang dinilai tak masuk akal, karena lebih condong tajam ke bawah. Mereka akan membuat aksi serentak turun ke jalan, sebagai bentuk aspirasi. Aksi ini dilakukan serentak oleh beberapa perguruan tinggi, yang akan terfokus di Gedung DPRD Jawa Timur, Kamis (26/9).
Salah satunya akan diikuti oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS). Dalam aksinya ini mahasiswa Stikosa-AWS serta akademik telah bersepakat mendukung penuh aksi yang diadakan serentak tersebut.
Presiden BEM Stikosa-AWS Zalzabila Nadia mengatakan BEM sudah melakukan konsolidasi untuk menggelar aksi itu. “Tadi malam (23/9) kami sudah menggelar konsolidasi (rencana demo) dan sore ini juga akan konsolidasi lagi secara terbuka, ujarnya,” Selasa (24/9).
Aliansi mahasiswa AWS sepakat tentang 8 poin tuntutan yang sudah dibuat oleh aliansi masyarakat sipil. Yakni :
- RKUHP : menolak RKUHP
- UU KPK : menolak UU KPK, menuntut pemerintah mendirikan KPK hingga tataran daerah
- RUU PKS : mendukung disahkannya RUU PKS
- KARHUTLA : menuntut pemerintah menyelesaikan permasalahan KARHUTLA, mendorong pemerintah untuk memfasilitasi korban terdampak dan merehabilitasi korban terdampak
- RUU PERTANAHAN : menolak RUU pertanahan
- RUU KETENAGAKERJAAN : menolak RUU KETENAGAKERJAAN
- DWIFUNGSI APARAT : mendorong pemerintah agar mengembalikan fungsi aparat kepolisian dan militer paa instansinya masing masing dan tidak masuk pada ranah sipil
- DEMOKRASI DAN HAM DI PAPUA : mendorong pemerintah melakukan dialog dengan rakyat papua, menuntut pemerintah menyelesaikan persoalan diskriminasi rasial dan hak asasi manusia.
Dalam mempublikasikan ke delapan point tersebut, pihak BEM telah menyiapkan tim kreatif yang di pimpin oleh Iqbal Athalariq sebagai pengilustrasi dari point-point tersebut , serta sebagai penyortir poster yang disumbang oleh ormawa. Hingga saat ini total poster 11 dan 9 spanduk yang terpajang di depan Stikosa dan di pendopo. Mengenai kata-kata yang di tulis, Iqbal mengaku jika inspirasinya didapat dari Media Sosial (Medsos), namun juga ada dari salah satu mahsasiswa, sedang beberapa spanduk berasal dari ormawa sendiri, namun tetap dibawah pengawasan BEM. “Ya, kita BEM tetap membuka sampai saat ini , jika ada yang masih mau nyumbang spanduk, karena masih ada yang kurang yaitu tentang Karhutla dan Dwi Fungsi Aparat, maka kita bakal buat melalui tulisan di karton,” jelasnya.
Walau begitu, ada saja tulisan yang sempat di protes oleh akademik, sepertii yang disampaikan oleh Zalzabilla Nadya. “Tadi pagi sempat bu April melaporkan jika ada satu poster yang kata- tidak pantas , yaitu adanya kata selangkangan dalam spanduk, tapi udah langsung di cabut kok dan saya sudah ketemu, “jelasnya.
Tak hanya berhenti pada satu konsolidasi dan dilanjut, konsol bersama pihak akademik pada Selasa (24/09) bertempat di ruang Multimedia yang dihadiri oleh mahasiswa, serta beberapa dosen dan ketua Stikosa AWS. Dalam konsolidasi kali ini, pihak BEM mengundang Sirikit Syah sebagai pembicara dengan agenda sharing-sharing pengalaman saat kerusuhan tahun 1998 lalu.
Dalam konsolidasi tersebut , pihak akademik berharap mahasiswa yang akan ikut demo harus mengetahui benar dan jelas apa yang mereka demokan nanti. “Kita memang tak harus menghafal seluruh pasal-pasalnya, tapi setidaknya kita tahu beberapa dari ke delapan point tersebut,”ucap Sirikit.
Dari PresBEM Zalzabila Nadia menyatakan aksi demo dengan meliburkan diri sudah dikomunikasikan dengan pihak civitas akademik. Prinsipnya, pihak akademik tidak melarang mahasiswa menggelar demo. Selanjutnya, aliansi mahasiswa AWS akan melakukan pemasangan spanduk dan poster di seluruh penjuru kampus. Hal ini berguna untuk mengkampanyekan 8 poin yang akan dibawa di tanggal 26 mendatang.
Sedangkan dosen komunikasi Stikosa-AWS Fajar Arifianto mengatakan pihak kampus memberikan kebebasan kepada mahasiswa. Terkait aksi meliburkan diri itu, menurut Fajar, civitas akademik tidak melarang. Sebaliknya, kampus mempersilahkan mahasiswanya tidak kuliah untuk menyuarakan aspirasinya.
“Kami rasa teman-teman (mahasiswa) sudah memiliki nalar dewasa. Mereka ingin menyuarakan aspirasi. Jadi kami tidak mempermasalahkan jika teman-teman meliburkan diri,”ujarnya.
Fajar juga memberi dukungan dengan ikut terjun mengawal mahasiswa Stikosa. Bahkan Fajar menyatakan aksi ini mendapat dukungan dari sejumlah dosen. Para dosen memberikan support ke mahasiswa dengan akan turut serta pada aksi itu. “Termasuk saya. Kebetulan saya hari Kamis tidak ada jam mengajar. Saya akan ikut bergabung dengan mahasiswa,” terang mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ini.
Melanjutkan rangkaian konsolidasi oleh mahasiswa Stikosa-AWS yang berlangsung malam tanggal 24 September di depan sekretariat BEM Stikosa. Pada kesempatan tersebut membahas mengenai penentuan apa saja aksi yang akan dibawa ke demo tanggal 26 September nanti.
Dari hasil jejak pendapat yang dipimpin Figur Kautsar sebagai Koordinator Lapangan aksi, “Dipastikan Aliansi Mahasiswa Aws menyajikan aksi teatrikal sebagai bentuk kebebasan berpendapat dan berekspresi yang dibelenggu juga sikap represif aparat terhadap sipil,” ujarnya.
Tak hanya itu Figur mengatakan rencananya juga menghadirkan elemen yang mewakili profesi jurnalis seperti koran, mikrofon dan lain sebagainya, juga didukung penguatan suara protes melalu tulisan lewat media poster, maupun spanduk.
Sementara pembahasan lain mengenai logistik yang nantinya dibawa tiap individu maupun aliansi ke aksi nanti, diantaranya makanan, P3K, serta atribut demo. Sesuai yang disampaikan Koordinator Lapangan untuk pembahasan besok akan didiskusikan mengenai mitigasi terhadap potensi chaos selama aksi. (N/F : alf,jel,erk)