Acta Surya – Kota Surabaya merupakan salah satu ikon Indonesia, di kota ini menyimpan banyak memori terutama tempat bersejarah. Mulai dari bangunan heroik yang banyak dikenal, hingga tempat jarang terdengar nan lengkap mewarnai perkembangan di sudut kota. Adapun satu bangunan yang bediri sejak jaman penjajahan, yaitu Pangkas Rambut Shin Hua.
Tampak seperti rumah tinggal biasa. Tidak ada papan nama yang menandakan adanya barbershop di banggunan tersebut. Hanya sebuah pintu yang terbuka lebar dan tangga yang merupakan akses untuk menuju ke lantai dua.
Tempat ini sudah berumur 105 tahun, berdiri kokoh sejak tempo dulu. Bangunan berlantai dua ini berlokasi di Jalan Kembang Jepun No 38. Babershop yang di kelola oleh Tan Ting Kok hanya melayani para pria yang ingin memotong rambut. Pelanggan setia Tan Ting Kok kini semakin banyak, mulai para petinggi negara, tentara Belanda, hingga rakyat biasa.
Ketika langkah kaki kita memasuki pelataran, kita akan merasakan suasana vintage yang kian kental. Beberapa fasilitas seperti kursi pelanggan untuk bercukur, kipas angin gantung hingga sisir rambut yang berasal dari tulang ikan telah menjadi saksi bisu sejak satu abad silam.
Menurut cerita Tan Ting Kok, yang merupakan pencukur sekaligus pemilik. Pangkas rambut ini adalah yang pertama berdiri di Kota Pahlawan. Usaha ini awal mula dirintis oleh almarhum sang ayah Tan Sin Co pada tahun 1911. Sang ayah merupakan seorang perantaun dari daratan Cina yang mengadu nasip di Surabaya.
Bisnis yag di rintis dari bawah oleh sang ayah berbuah manis. “dulu pelanggan ayah saya itu banyak dan selalu ramai, sehingga pegawai yang kerja disini sampai 10 orang,” ucap pria berumur 70 tahun ini.
Hingga sekarang, Tan Ting kok masih mempertahakan suasana tempo dulu di dalam ruangan pangkas rambutya. Dekorasinya pun mengingatkan kita pada tata ruangan khas film Tionghoa jaman dulu. Tan Ting Kok beranggapan bahwa, jika dekorasi Shin Hua dirubah maka cirri khas tersebut menjadi hilang. Karena ciri khas tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi penggunjung Shin Hua ini.
Namun senja kini mulai meredup usaha pangkas rambut Tan Ting Kok. Bertumbuhnya barbershop dan salon yang menawarkan perawatan dengan harga murah jelas menjadi pesaing utamanya. Disamping itu mahalnya pengurusan biaya memasang papan reklame menjadi salah satu faktor meredupnya usaha Shin Hua ini.
Inilah yang menjadikan masyarakat kurang mengenal pangkas rambut tertua di Surabaya. Selain itu meskipun si pemilik memilki sembilan buah hati, namun tak ada satupun yang berniat untuk meneruskan warisan usaha ini. Anak-anak Tan Ting Kok lebih memilih jalannya masing-masing dalam menentukan pekerjaan. “ya kalau tak ada yang meneruskan nanti yang pasti akan tutup,” tutupnya
Meskipun di usianya yang tergolong senja, Tan Ting Kok masih semangat dalam menjalankan usaha Shin Hua. Ia akan tetap melayani pengunjung setia nya yang membutuhkan layanannya dan bercerita mengenai kejayaan masa lampau..
Uniknya di tempat ini memiliki beberapa pelanggan setia sejak usia muda. Seperti Pak Har yang selalu datang untuk potong rambut ataupun bercukur rambut dan terkadang mengorek telinga. “Saya dari muda hingga sekarang umur 68 sudah sering kesini,” Ucap Pak Har.
Untuk setiap layanannya, pemilik barbershop ini mematok harga 50.000. Nominal tersebut terbilang wajar bagi tempat bercukur untuk seorang yang berpengalaman. Tak hanya sekedar memangkas rambut, Tang Ting Kok juga menyuguhkan cerita lawas kembang jepun menemani setiap guntingan helai rambut sang pelanggan. (N/F : Tony)