actasurya.com – Akhir 2013 lalu, Theo Maulana bersama beberapa temannya nekat menuju ke Yogyakarta untuk menghadiri pagelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF). Seusai pagelaran, mereka terpaksa menghadapi situasi yang mendesak, beruntungnya solusi ada di depan mata. Seketika lahirlah, komunitas penonton.
“Waktu itu belum ada komunitas penonton, kita iseng aja berangkat sekitar 5-6 orang. Yang penting nyampai tempatnya dulu, nanti apa-apanya dipikir belakangan. Nah selesai acara itu ada forum komunitas, mereka pada bawa film untuk diputar, didiskusikan, dan komunitas-komunitas itu dapat penginapan. Sementara kita nggak bawa apa-apa dan butuh penginapan, ya udah bikinlah komunitas penonton. Akhirnya balik ke Surabaya, tiba-tiba kita punya komunitas baru,” cerita Theo, anggota komunitas penonton.
Komunitas penonton adalah sebuah komunitas yang fokus pada kegiatan apresiasi, membuat acara pemutaran, dan pendistribusian film. Komunitas yang awalnya terbentuk secara improvisasi ini sempat vakum di tahun 2014, kemudian baru aktif berkegiatan pada tahun 2015. Kendati dibentuk dengan tidak adanya perencanaan matang, kelompok ini cukup serius dalam berkegiatan.
Terbukti, mereka pernah membuat acara berjudul akhirnya bikin film menggandeng jurusan komunikasi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), membuat acara di C02 Library, yang terakhir adalah acara berjudul akhirnya buber (buka bersama) film. Dan sekarang mereka memiliki kegiatan nonton rutin yang diselenggarakan seminggu sekali.
“Ini kita lagi ada kegiatan kayak program intensif bimbel gitu, jadi kita nonton film seminggu dua kali. Tapi paling sering terlaksananya cuma seminggu sekali, hari selasa. Yang kita putar film-fim pendek, terus didiskusikan. Siapa aja boleh gabung,” tutur Theo, mahasiswa semester tujuh Universitas Airlangga Surabaya.
Saat ini anggotanya ada sepuluh orang, yang rata-rata merupakan mahasiswa komunikasi Universitas Negeri Airlangga (UNAIR). Komunitas yang biasa berkumpul di Cafe Ramones dekat UNAIR kampus B ini mengaku tidak memiliki struktur organisasi secara formal dan sangat terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung di dalamnya. Tujuan dari tidak adanya struktur organisasi dalam komunitas ini adalah supaya tidak ada sekat antara para anggotanya, sehingga mereka bisa lebih luwes membahas perihal film.
“Kita bebas sih, siapa aja boleh gabung sama kita. Bahkan kita menganggap siapapun yang datang ke acara kita itu bagian dari komunitas ini juga,” jelas Wimar Herdanto, salah satu anggota komunitas penonton.(N/F : Titis/Farid/Doc)