actasurya.com – Kertas bekas yang semula tak memiliki nilai jual yang tinggi, bahkan dianggap sebagai sampah dan mengotori lingkungan rumah. Namun, di tangan Rexo Hadi barang itu disulapnya menjadi kerajinan yang indah dan memiliki nilai jual.
Menyulap kertas bekas menjadi kerajinan ini, bemula ketika Rexo salah mencetak pesanan pelanggannya yang berbahan dasar kertas. Barang itu semakin lama kian menumpuk dan mulai kehujanan, sehingga kertas tersebut tak laku untuk dijual.
Akan tetapi, saat itu Rexo tak berhenti mencari solusi mengolah kertas yang tak laku tersebut. Dengan melihat cara pengolahan kertas bekas di internet, membuat pria berambut gondrong ini mulai membuat kreasi pigora serta kaligrafi. “Ya, biasanya kaligrafi dari bahan fibber yang bahannya tergolong mahal dan dari bahan kimia,” ungkapnya.
Menurut pria berambut ikal ini, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari sampah kertas, dia dapat menekan biaya produksi pembuatan kerajinan tersebut. Di samping itu, Rexo juga membantu mengurangi volume sampah yang terbuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Selain itu, bahan bakunya mudah didapatkan. Karena disini banyak tempat fotocopy, kan kertas sisanya banyak,” tutur Rexo.
Proses pembuatannya pun tergolong mudah, berawal dari menghaluskan kertas bekas yang dicampur dengan air ke dalam blander. Kemudian, kertas bekas yang sudah menjadi bubur ditambahi tepung terigu untuk memadatkan bubur tersebut. Setelah menjadi padat, bahan kertas tersebut mulai disusun di bidang datar dengan pola kaligrafi.
Rexo pun mulai membuat beberapa kreasi, yang tak kalah menariknya dari pembuatan kaligrafi di bidang kayu. Tetapi, ia juga mulai mencoba membuat kaligrafi dari bahan kertas di atas cermin. “Ya, ingin yang berbeda aja. Biasanya membuat kaligrafi di cermin pakai teknik painting, jadi sekarang pakai teknik jiwit,” ujar Rexo.
Melihat hasil karya yang indah, membuat para pelanggan berdatangan untuk membeli kerajinan yang berbahan dasar dari kertas daur ulang tersebut. Tak jarang para pembeli berdatang dari luar pulau, seperti kalimantan dan sumatra. Selain itu, kerajian Rexo mulai dilirik pasar internasional.
“Meskipun baru Malaysia yang mau beli, tapi itu semua buat saya semakin semangat untuk membuat yang lebih bagus lagi,” cerita Rexo.
Kerajinan yang berasal dari kertas daur ulang ini sangat menarik, sehingga tak kalah dengan seni kaligrafi yang terbuat dari fibber. Harganya pun dipatok mulai dari Rp 300 Ribu sampai Rp 1,5 Juta. Rexo menambahkan, pembeli bisa memesan sesuai dengan keinginannya.
Naskah dan Foto : Moch. Khaesar Januar Utomo