Relawan Parmedjal sedang berkumpul di sisi jalan Gubernur Suryo (20/10).
Actasurya.com – Selain pendemo dan aparat, ada yang tak kalah sibuk saat demo tolak Omnibus Law beberapa waktu lalu, ya Relawan Paramedis. Salah satunya Paramedis Jalanan (Parmedjal), kelompok terbentuk sejak September 2019 ini, merupakan sebuah wadah bersifat sukarelawan yang digagas oleh masyarakat. Sebagai respon atas kondisi massa aksi demo yang kerap kali menerima tindakan represif dari aparat.
Saat itu mereka yang beranggotakan 60 relawan Parmedjal Surabaya ditambah 6 relawan Parmedjal Madura, terbagi ke dalam tiga titik posko medis. Dari mulai Taman Apsari dekat Circle K, Hotel Inna Simpang, dan SMA 6 Surabaya. Relawan yang didominasi dari kalangan mahasiswa dan pekerja ini berjaga di setiap posko yang berisi 6 sampai 7 orang relawan.
Desmont salah satunya, relawan yang aktif sejak 2019 ini bercerita perihal suka duka selama Ia turun aksi sebagai relawan di saat terjadi demo, “sukanya ikut Parmedjal itu nambah relasi kawan dari luar kota, kan banyak tuh jaringan Parmedjal di Indonesia. Terus bisa berguna sih pas aksi, bantuin temen temen yang luka atau yang pingsan karena ga kuat panas Surabaya,” cerita Desmont sapaan akrabnya.
Dirinya menambahkan untuk terjun sebagai relawan saat demo tolak Omnibus Law baru-baru ini, Ia tidak memerlukan surat izin dan hanya mengantongi surat pemberitahuan dari GETOL (Gerakan Tolak Omnibuslaw). “Tidak perlu surat izin untuk para medis, karena sudah ada surat pemberitahuan dari GETOL(Gerakan Tolak Omnibuslaw),” ungkapnya.
Sementara penanggung jawab untuk relawan para medis jalanan tersebut bersifat koletif, “untuk penangung jawabnya secara kolektif, tanpa ada naungan organisasi tertentu,” tutupnya. (N/F: Frd)