Actasurya.com. Paduan Suara Gita Cendekia (PSGC), Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Kota Surabaya kembali menggelar Cendekia Choir Festival (CCF), acara ini ditujukan untuk para pelajar tingkat SMA/SMK/MA se-Jawa Timur yang memiliki kemampuan serta gigih menunjukkan suara emasnya. Kali ini, tema yang diusung PSGC adalah ‘Simfoni Millennials Untuk Negeri’ dengan dua kategori lomba, yakni solo atau duet serta paduan suara.
Lomba ini tak hanya mencari pemenang berdasarkan kualitas suara saja, tetapi juga untuk membangun dan mengingat kembali musik-musik dan lagu daerah, salah satunya dengan menjadikan lagu daerah dan lagu bertema serupa sebagai lagu wajib yang harus mereka nyanyikan dalam ajang perlombaan ini.
“Kami memberi perhatian ke anak-anak jaman now yang suka budaya luar, lagu-lagu barat dan Korea, pokoknya jauh dari budaya Indonesia. Melalui acara ini agar menumbuhkan minat anak-anak milenial agar cinta lagu daerah, terutama lagu kebangsaan dan adat ” kata Mela Adi Prasiska selaku Ketua Pelaksana, Minggu (17/2).
Acara yang diikuti oleh 157 peserta dari 12 sekolah yang berbeda Se-Jatim ini dibagi ke dalam 6 tim paduan suara dan 7 orang dari kategori solo dan duet. Mela juga mengungkapkan, jika hampir tidak ada kendala maupun kesulitan untuk pendaftaran dari peserta Se-Jatim. “Karena ada via online atau bisa datang ke sekret UKM Paduan Suara Gita Cendikia,” ujarnya.
Perlombaan yang telah disiapkan sejak bulan November 2018 lalu ini, diharapkan output dari acara selain peserta dapat bernyanyi dengan penuh penghayatan, PSGC juga menginginkan generasi milenial agar lebih mencintai budaya bangsa dan juga ikut melestarikannya. “Harapan kami setelah perlombaan ini, semoga semakin membuat peserta dan semua masyarakat lebih cinta akan lagu-lagu Indonesia. Terutama lagu-lagu tradisional/daerah,” harapnya.
Sementara itu, Mardiah Mutiara siswi asal SMAN 18 Surabaya yang juga aktif di ekstrakurikuler Padus, menjelaskan tentang persiapan yang dibutuhkan diri dan timnya yang beranggotakan 26 orang, diantarannya menjaga kualitas suara selama satu bulan sebelum perlombaan. “Paling pertama menjaga kualitas suara dan tenaga, karena faktor paling utama dalam penilaian. Suara dijaga dalam sebulan, juga menghindari makanan gorengan, juga meminimalisir minum es,” jelasnya.
Saat satu bulan mempersiapkan perlombaan pun, Mutiara sapaan akrabnya mengatakan jika dirinya menemui banyak kendala. Seperti beberapa anggota yang tiba-tiba menghilang saat latihan, sakit, izin ke luar kota. “Menentukan jadwal latihan biar bisa ketemu bareng juga sempat susah,” tambahnya.
Meskipun demikian Mutiara dan tim pun dengan gigih menargetkan menang juara 1, jika tidak tercapai tetap dengan target juara 2 atau 3 yang penting juara. Selain itu target mereka dapat mengembangkan asa untuk berkiprah di tingkat yang lebih tinggi. “Setelah lomba ini kami berharap bisa membanggakan sekolah dan bisa mengembangkan ke lainnya. Ini langkah awal untuk menuju yang lebih baik,” tutupnya. (N/F: ewd)