Actasurya.com – Seusai pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Stikosa AWS periode 2020/2021 pada 7 April 2021. Dentuman keras secara perlahan menimpa Organisasi tertinggi di kampus biru ini, hal itu ditandai adanya resistansi oleh Presiden BEM periode 2020/2021, Inanda A’isa Maulliddia. Konflik tersebut menurut penuturan Inanda berasal dari internal maupun eksternal BEM.
Reporter Acta Surya mencoba konfirmasi terkait kabar yang berhembus mengenai keluarnya beberapa kabinet BEM dan reshuffle secara mendadak. Inanda saat diwawancara pada (24/08) melalui tatap muka, menjabarkan faktor-faktor penyebab kinerja BEM dengan sumber daya manusia (SDM) yang minim.
“Aku pun tidak menyalahkan kondisi internal ku (BEM) pada saat ini, dilihat dari internal kampus kita itu SDMnya bisa dilihat dari segi kualitas dan kuantitasnya memang menurun tiap tahun. Jadi, ibaratnya kebetulan aja pas waktu periodeku,” ungkapnya.
Semula sejak dilantik kursi dalam sembilan departemen terisi semua. Meninjau keaktifan dan faktor internal dari setiap anggota yang akhirnya memutuskan untuk Inanda me-reshuffle beberapa orang kabinetnya. Selain itu, diketahui jika hingga saat ini kursi kabinet masih kosong dan hanya ada Sekretaris Jendral (Sekjend) saja.
“Kabinet BEM yang saat dilantik berjumlah sembilan departemen itu masih tetap hingga sekarang dan terisi semua. Namun, kursi di kabinetnya kosong saat ini hanya Sekjend,” ucapnya.
Tak hanya itu, wanita pentolan Kopi Production ini juga membeberkan alasan terkait keputusannya yang merombak beberapa kabinet. Lalu, melakukan perekrutan kabinet secara tertutup untuk mengisi kekosongan beberapa departemennya.
“Yang berubah itu sosial politikku karena kemarin almarhum (Nathan) kan, akhirnya hanya diiisi satu Jelita itu. Terus Departemen Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) sama Sekertaris Umum itu ganti orang. Bahkan posisi Sekertaris Umum juga mengalami dua kali reshuffle. Yang pertama mengundurkan diri setelah pelantikan, sehingga digantikan oleh Anggota Departemen Minat Bakat,” paparnya. Jadi seperti merekrut orang baru namun bukan open recruitment gitu.” jelasnya.
Terkait program kerja yang diembannya, serta molornya pelantikan BEM kala itu, berpengaruh terhadap masa periode Inanda yang dalam surat keputusan kampus terhitung singkat. Namun, dalam terpilihnya yaitu bulan Desember atau Januari, tetapi baru dilantik bulan April. Sehingga, ia memutuskan untuk memecahnya menjadi dua opsi masa baktinya.
“Intinya itu aku ada dua opsi. Mengikuti masa periodenya sesuai aku terpilih atau periode sesuai masa baktinya yang ada dalam SK. Namun saat ini aku tetap mengikuti periode saat aku terpilih,” ucapnya.
Ketika ditanyai mengenai Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) untuk Angkatan 2020. Inanda menjawab bahwa LKMM-TD ini sangat perlu dilaksanakan karena mengingat masuk didalam salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa AWS. Namun, kegiatan ini harus tertunda karena berbagi masalah dan keadaan pada saat itu.
“Awalnya kita mau mengadakan LKMM – TD 2020 sendiri dulu, tapi karena seiring berjalannya waktu dan kondisi kampus yang bermasalah gak ada ujungnya ini. Akhirnya rencana kita, dirubah dan dijadikan satu antara LKMM – TD 2020 dan 2021. Juga masih di tahap diskusi dengan akademik, lagi-lagi kita dihadapkan masalah mahasiswa, ormawa dan BEM tersendat karena masalah polemik akademik,” bebernya.
Berdasarkan evaluasi PKKMB 2020, yang tanpa melibatkan BEM. Inanda menyayangkan hal itu, karena secara general akibat kesalahpahaman antara akademik dan BEM. Secara tidak langsung berdampak kepada mahasiswa baru yang tidak sepenuhnya mengenal lingkungan kampus beserta organisasi mahasiswanya.
“Kalau dilihat dari akarnya memang itu perihal dari PKKMB kemaren, adanya polemik yang cukup besar antara akademik, BEM dan ormawa berdampak ke mahasiswa baru. Sebenarnya aku tidak menyalahkan mahasiswa baru atapun BEM yang berakhir kurang mengenal lingkup kampus dan organisasi nya karena dari pihak akademiknya sendiri yang kurang support untuk hal yang berhubungan dengan mahasiswa. Kenapa aku bisa bilang begitu, ya mungkin salah satunya karena kesalahpahaman atau miss communication dan juga kurangnya keterlibatan antara ormawa dan BEM di PKKMB 2020,” terangnya.
Tanggapan Organisasi Mahasiswa (Ormawa)
Ketua umum AWS TV, Haludy Sofie saat diwawancarai via WhatsApp oleh reporter Acta Surya mengatakan bahwa kinerja BEM selama pandemi pada periode Inanda sempat mengalami penurunan terkait informasi seputar kampus.
“Kinerja BEM yang pada awal pandemi sempat mengadakan rapat bareng ormawa. Namun, akhir-akhir ini kurang berbagi informasi mengenai kampus aja, mungkin karena permasalahan internal BEM. Sedangkan mengenai interaksi BEM dengan ormawa tidak sesering periode tahun lalu. Keterbatasan SDM seharusnya bukan menjadi alasan untuk menjalankan kinerjanya,” katanya.
Haludy sapaan akrabnya, berharap untuk BEM agar bisa mengkomunikasikan semua hal seputar kampus. Juga, mengingatkan untuk janjinya (Inanda) saat memaparkan visi misi bisa terlaksana.
“Buat BEM lebih sering menyampaikan informasi ke teman-teman aja sih mengenai seputar kampus dan lebih berhati-hati. Juga, kalau bisa yang dijanjikan waktu mencalonkan diri (Inanda) sebisa mungkin terlaksana,” harapnya.
Pendapat lain datang dari Hubungan Masyarakat (Humas) Prapala, Nur Nofitasari. Ia mengatakan bahwa usaha untuk konsolidasi dalam permasalahan yang sedang dihadapi BEM saat ini belum cukup berhasil. Karena, Nofit melihatnya beberapa ormawa secara perlahan mulai menurun semangatnya untuk memperjuangkan ormawanya masing-masing.
“Pertemuan dengan ormawa juga sempat dilaksanakan tetapi tidak semua ormawa aktif dan memperjuangkan rumahnya. Perihal keterlambatan BEM sebenarnya ini cukup rumit, soalnya banyak faktor penghambat, jelas ini permasalahan besar buat BEM periode selanjutnya, banyak yang menuntut kejelasan akademik ke pihak BEM sebagai penengah. Keterbatasan SDM memang menghambat suatu organisasi, karena pasti ada yang merangkap kerja lainnya,” ucap wanita berkacamata ini.
Wanita jurusan Broadcasting ini berharap agar BEM tetap bisa mempertahankan hak organisasi mahasiswa di AWS. Meskipun di tengah pandemi dan politik yang kian kencang, tetapi tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi) harus tetap berjalan.
“Harus bertanggung jawab dengan tugasnya dan dimasa pandemi ini juga ditengah politik harus tetap survive menjalankan tupoksinya,” harapnya.
Tanggapan Mahasiswa
Rizki Muttqiyah mahasiswi angkatan 2017 juga berpikiran sama jika sikap dan langkah yang diambil BEM terkesan lamban. Sehingga berdampak pada sosialiasi program kerja yang sudah atau belum terlaksana kepada mahasiswa.
“Kalau semuanya dipersiapkan dengan baik tidak akan seperti itu skenarionya. Ini gak tahu ya, apakah pihak BEM nya yang kurang persiapan atau memang kampusnya yang terlalu fokus ke hal lain yang dianggap lebih prioritas. Mengingat kalau ketua kemarin yang sudah mundur kurang bisa memanajemen banyak hal dengan baik. Menurut saya sayang sih, BEM yang harusnya menjalankan proker-proker kerjanya akhirnya juga terhambat. BEM harusnya lebih aktif dalam menyosialisasikan proker yang sudah atau belum terlaksana kepada mahasiswa,” ceritanya.
Wanita berhijab ini juga berharap cara sosialisasi kegiatan bem dilakukan dengan transparan. Tak hanya itu, Rizqi juga mengatakan bahwa BEM harus turut memberikan sumbangasih untuk promosi AWS.
“Baiknya apapun kegiatan BEM ini disosialisasikan secara transparan, selain itu bergerak cepat mencapai target proker masing-masing divisi. Selain itu turut memberikan sumbangasih pada hal urgent yang dihadapi kampus, misal membantu promosi kampus. Jadi harus tetap kreatif, inovatif dan tanggap,” harapannya.
Menanggapi hal tersebut Reporter Acta Surya menyebarkan kuisioner yang berisikan pengetahuannya terhadap organisasi tertinggi mahasiswa di Stikosa- AWS kepada mahasiswa 2020. Berdasarkan hasil data dari koresponden didominasi mengatakan bahwa tidak mengetahui BEM dan fungsinya, pelabelan “generasi online” yang disematkan untuk mahasiswa 2020 menjadi salah satu gambaran umum pembentukan karakter seseorang yang apatis.
“Untuk BEM lebih aktif, kreatif, dan berani dalam membaur dan melakukan sosialisasi terhadap mahasiswa terutama angkatan baru. Karena angkatan baru mayoritas tidak mengenal BEM dan fungsinya. Walau dimasa pandemi mungkin kegiatan bisa memanfaatkan media daring sebagai sarana agar terhubung dengan masyarakat kampus,” harap salah satu koresponden.
(N/F: Shf,Dae)