actasurya.com – Mayoritas mata pencaharian penduduk Pulau Mandangin adalah nelayan. Hal ini bisa diwajari karena letak geografis Pulau Mandangin yang ada di tengah lautan yakni di Selat Madura. Potensi perikanan di sekitar pulau juga mendukung dan cukup beragam. Selain sebagai nelayan, sebagian masyarakat juga ada yang berprofesi sebagai pedagang, baik dengan membuka toko atau warung.
Sektor perikanan menjadi titik tumpu roda perekonomian di Pulau Mandangin. Di samping memang mayoritas warganya nelayan, Mandangin sendiri tidak memiliki produksi kebutuhan apapun, baik pokok maupun tambahan. Sehingga kebutuhan pokok seperti pangan dan lainnya pada umumnya didapat dari Sampang. Sehingga, mereka harus menyebrang terlebih dahulu.
“Jadi, kalau waktunya musim panen ikan di sini, berlimpah sekali. Semua penduduk dari nelayan maupun pedagang juga tercukupi kebutuhannya. Tapi kalau musim paceklik seperti saat ini semuanya kena dampaknya. Sebagian besar penduduk yang nelayan sulit mendapatkan pemasukan. Dan begitu pun pedagangnya yang tidak laku barang jualnya,” jelas ayah tiga anak ini.
Syukur menambahkan, musim kemarau panjang identik dengan masa paceklik atau masa sulit panen bagi nelayan. Pasalnya, hasil melaut yang didapat minim sekali. Bahkan, tidak jarang mereka tidak mendapatkan apa-apa. Sehingga banyak dari mereka yang memutuskan tidak melaut.
Kemudian, biasanya para awak kapal akan menghutang kepada juragannya untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Barulah ketika musim panen ikan tiba, mereka akan menggantinya. Umumnya, ungkap Syukur, ada sebagian dari masyarakat Mandangin ketika panen mereka akan membeli emas. Emas ini sebagai simpanan mereka. Ketika masa paceklik tiba, emas itu akan dijual kembali.
Dilihat dari taraf ekonominya, sebagian besar warga Mandangin masih menengah ke bawah. Sehari-hari guna memenuhi kebutuhan air minum, mereka cukup kesulitan. Biasanya untuk mendapatkan air tawar, penduduk masih mengambil dari luar pulau ataupun menggunakkan sistem tadah hujan. Namun, baru-baru ini sudah dibangun instalasi penyediaan air bersih yang mengubah air laut menjadi air tawar.
“Karena sebagian besar penduduknya masih menampung air hujan. Kalau musim kemarau panjang seperti ini, persediaan airnya menipis,” tutur Syukur. (N/F: Fahmi/Google.com)