Penampilannya yang nyentrik dan cenderung aneh menjadi daya tarik bagi pengguna jalan. Selalu menggunakan kostum yang berbeda-beda dan menjulangkan kain berwarna merah di tangannya. Namun di samping itu dia adalah pahlawan untuk pengguna jalan.
Profesi pengatur lalu lintas atau banyak orang menyebutnya “polisi cepek” nyentrik ini bernama Sutrisno, dansering kita jumpai pada saat melewati pertigaan jalan kutisari selatan.
Setiap sore sutrisno sudah memulai aktifitas menjadi seorang pengatur jalan lalu lintas dengan menggunakan kostum yang berbeda-beda tiap harinya dan cenderung unik. Dia pernah menjadi seorang malaikat pencabut nyawa, Tentara Romawi, tokoh agama, militer, Pejuang ’45 dan sebagainya. “Pakaian atau kostum yang saya kenakan sudah tidak terhitung lagi,” kata Sutrisno.
Kostum-kostum yang digunakan Sutrisno terbuat dari barang bekas yang diperoleh dari tukang jahit, sisa-sisa kain perca tukang jahit, maupun memungut dari sampah lalu dirancangnya sendiri.
Karena dandanannya yang nyentrik, sering kali dia dianggap gila oleh pengguna jalan yang lain maupun masyarakat sekitar. “Sering saya dianggap gila oleh banyak orang, ya saya cuma bisa tertawa saja. Kalau seandainya saya gila, pasti tidak akan mempedulikan lalu lintas,” tambah lelaki paruh bayah ini sambil tertawa.
Tempat tinggal Sutrisno tidak jauh dari pertigaan jalan Kutisari Selatan. Tetapi dia menganggap bahwa itu bukan rumah tetap karena hanya digunakan sebagai singgahannya saja. Kalau sedang hujan deras, akan ada genangan air di mana-mana.
Niatan Sutrisno menjadi pengatur jalan lalu lintas dengan menggunakan kostum yang berbeda-beda tiap harinya bukan sekedar untuk mendapatkan uang dari pengguna jalan, melainkan menghindari pertengkaran antar pengguna mobil.
”Semoga dengan saya berdandan aneh-aneh seperti ini dapat menghibur para pengguna jalan yang sering emosi ketika berkendara. Dengan begitu, tidak akan lagi terjadi pertengkaran seperti yang pernah saya jumpai beberapa tahun lalu,” ucapnya.
Dari menjadi seorang pengatur jalan lalu lintas sehari dia bisa mendapatkan uang sekitar Rp 70.000 sampai Rp 100.000 setip harinya tergantung dari sepi atau ramainya. Pekerjaan ini dilakukan sampai pukul 19.00, dan paginya akan menjadi pemulung. N/F: Salama