Salah satu bagian yang ada di dalam rumah H. O.S Tjokroaminoto
Actasurya.com – Surabaya identik dengan sebutan kota pahlawan, kisah heroik nan penuh sejarah dilahirkan di kota ini. Banyak cerita mulai dari perobekan bendera biru di hotel yamato, hingga tokoh kemerdekaan yang tinggal di Surabaya. Banyaknya sejarah membawa saya kesalah satu bangunan tua yang dulunya disinggahi oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto salah satu tokoh nasional yang lahir di Ponorogo, 16 Agustus 1882. Ia dikenal sebagai muassis atau pendiri organisasi politik, Sarikat Islam.
Rumah ini terletak disalah satu gang daerah Peneleh Surabaya. Dengan gaya klasik, bernuansa Jawa serta dibingkai cerita sejarah membuat saya tertarik untuk belajar mengenai kisah yang lahir dari bangunan ini. Mendatangi rumah seorang tokoh nasional membuat decak kagum tesendiri. Karena dibalik bangunan yang hanya sepetak dan sederhana ini menjadi saksi bisu lahirnya tokoh-tokoh penting yang ada di negeri ini.
Rumah ini dibangun sekitar tahun 1880, mulai ditempati Tjokroaminoto pada 1907 sampai pada istrinya wafat pada tahun 1921. Saat masuk halam rumah sudah disambut nuansa budaya Jawa, dengan panjang pagar sekitar 1 meter berwarna hijau dilengkapi kursi dipojok kiri dan papan penjelasan mengenai rumah tersebut. Ditambah lantai berwarna coklat, kuning dengan perpaduan merah marun menambah kesan kuno pada bangunan ini dan atap rumah berbahan dasar bambu (sesek)
Masuk lebih dalam lagi, tepatnya diruang tamu disuguhkan 4 buah kursi, serta meja kayu jati serasa dihadapkan pada zaman, ketika ia masih hidup. Lalu disebelah kiri dihadapkan dengan lemari kayu jati berwarna coklat. Dibagian dinding terpajang foto beserta keterangannya.
Setelah itu kita dapat menyusuri lorong yang menuju kebelakang rumah. Isi lorong dapat dijumpai kursi, foto beserta caption pada dinding kanan kirinya. Dibagian dalam juga terdapat gambar para pemuda yang nge-kos dirumah tersebut sekaligus murid dari H.O.S Tjokroaminoto. Dulu Tjokroaminoto menjadikan rumah tersebut sebagai kos-kosan untuk para pelajar yang merantau.
Dibagian belakang juga terdapat lemari kaca dengan patung manekin yang menggambarkan cara berpakian H.O.S Tjokrominoto, setelah itu terdapat lorong kedua yang menuju ke ruang tamu. Sebelum memasuki lorong kedua. Kita akan menemui anak tangga berwarna hijau yang menuju ke atap rumah. Diruangan tersebut Soekarno sempat singgah.
Dilorong kedua ini terdapat kamar. Kamar ini adalah kamar dari Tjokroaminoto dan istrinya RA Suharsikin beserta anak-anaknya. Memasuki kamar ini kita dihadapkan pada sebuah lemari kuno dan bagian atasnya terdapat sebuah cermin kuno. Sebelah kiri terdapat sebuah tempat tidur dihiasi sprei kain putih bersih.
Rumah Tjokroaminoto sempat berpindah kepemilikan. Lalu pada tahun 1950 – 1960 bangunan ini menjadi aset pemerintah Kota Surabaya. Perpindahan tangan ini bermula saat Soekarno mengunjungi rumah tersebut, dan bercerita bahwasannya ia pernah tinggal di rumah tersebut. Cerita yang didapat dari Soekarno langsung tersebut, lantas membuat bangunan ini di serahkan kepada pemerintah oleh pemiliknya.
Jauh sebelum dijadikan bangunan cagar budaya, rumah tersebut digunakan sebagai rumah dinas para tentara atau polisi militer pada saat itu. Dibuka untuk umun sekitar tahun 2009/2010, sebagai bahan edukasi rumah ini mulai dibenahi, dari diberi pajangan foto, dan beberapa perabot baru karena pada saat diserahkan rumah ini dalam keadaan kosong.
“Iya pada saat mau dibuka untuk umum, rumah ini diberi pajangan foto beserta caption yang tertera, ditambah dengan perabotan untuk. Pemerintah juga bekerja sama dengan ahli waris Tjokroaminoto untuk menambah koleksi foto-foto dan beberapa barang milik Tjokroaminoto,” jelas Yanuar selaku pemandu museum rumah Tjokroaminoto.
Tepatnya pada tahun 2010 dibuka untuk umum, yang dulunya rumah. Kini berganti menjadi bangungan cagar budaya di mana pada saat itu masih dititipkan. (N/F: dni/sya)