actasurya.com – Perjalanan menuju Pulau Mandangin tidak begitu sulit sebenarnya. Dari Pelabuhan Tanglok, Sampang, Madura menyebrangi Selat Madura dengan menggunakan perahu bermotor. Selama satu setengah jam perjalanan laut kita akan sampai di seberang pulau. Meski harus terombang-ambing ombak laut, mata kita dimanjakan dengan pesona alam yang mengesankan.
Warna air laut biru tosca bisa langsung kita nikmati dari atas kapal. Tidak hanya itu, kita disuguhi dengan pemandangan langit biru sepanjang cakrawala. Dari kejauhan terlihat pohon-pohon kering yang daunnya meranggas di musim kemarau, menambahkan kesan eksotis untuk dipandang. Serta hembusan angin laut, menambahkan kesan menenangkan, sehingga membuat perjalanan kapal tidak terasa.
Inilah yang membuat Mandangin menjadi salah satu obyek wisata yang dimiliki Pulau Madura. Bahkan, keindahan pasir putih di pulau ini kerap kali disamakan dengan Tanah Lot, Bali. Uniknya, Pulau Mandangin juga dikenal sebagai Pulau Kambing. Hampir di setiap sisi tempat bisa dijumpai gerombolan kambing yang berkeliaran layaknya kucing atau anjing di wilayah perkotaan.
Mandangin merupakan desa dan pulau di perairan Madura, tepatnya selatan Sampang. Secara administrasi pemerintahan, Pulau Mandangin berada dalam wilayah teritorial Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Indonesia.
Pulau ini merupakan kawasan padat penduduk. Kurang lebih jumlah warganya di pulau yang luasnya 1,65 kilometer persegi ini, kata Abdus Syukur, selaku anggota BPD Mandangin, mencapai 20 ribu orang. Hampir sulit sekali menemukan lahan kosong di pulau kecil ini. Rumah antar warganya saling berdekatan.
Pulau Mandangin sendiri terdiri dari tiga dusun. Di antaranya Dusun Barat, Dusun Kramat dan Dusun Candin. Akses dari satu dusun ke dusun lainnya hanya dihubungkan dengan jalan kecil perkampungan, bukan jalan raya. Lantaran jumlah penduduknya yang padat, jalanan di Mandangin relatif sempit di antara rumah-rumah warga.
Di perkampungan Mandangin selalu terdengar suara klakson motor. Mereka melakukannya untuk memperingati kendaraan lain agar tidak nyelonong lewat. Bayangkan saja, bagaimana semerawutnya pulau sempit yang dihuni 20 ribu penduduk dan hampir setiap KK-nya memiliki minimal satu motor dengan jalan yang sempit.
Dari segi tingkat pendidikan, Syukur mengakui sudah banyak peningkatan. Dilihat dari sarana pendidikan sendiri, Mandangin kini memiliki 3 unit bangunan Raudatul Atfal (RA), 9 unit Sekolah Dasar Negeri (SDN), 3 unit Madrasah Ibtidaiyah (MI), 1 unit bangunan SMPN, 3 unit bangunan MTS, dan 1 unit bangunan SMKN.
Sejarah Pulau Mandangin
Awalnya, Pulau Mandangin identik dengan tempat pembuangan penderita penyakit kusta. Menurut Haji Ghufron Hamim, salah satu tokoh masyarakat di Mandangin, dahulu memang isu itu benar adanya. Banyak warga di Mandangin terkena penyakit kusta. Akan tetapi, berjalannya waktu pemerintah mengadakan program pemberantasan kusta. Setiap penderita akan langsung diobati hingga sembuh.
“Jadi sekarang sudah jarang sekali. Hanya tinggal satu atau dua orang se-Mandangin ini,” ungkap Haji Ghufron
Menurut mitos yang berkembang di Mandangin, dahulu pernah tinggal seorang permaisuri, Ragapadmi. Dia diusir dari istananya di Madura setelah mengidap penyakit kulit yang mengerikan. Selama pengasingannya dia ditemani dan menikah dengan adipatinya, Bangsacara. Setelah sekian lama, akhirnya Ragapadmi sembuh dari penyakitnya.
Dan hal ini diketahui oleh sang raja, Raja Bidarba. Sang raja memerintahkan prajuritnya, Bangsapati untuk menjemputnya dan kembali menjadikannya istri. Namun Bangsacara bersikeras menolak dan akhirnya dia pun mati terbunuh. Lalu sang istri, Ragapadmi memutuskan untuk bunuh diri. Hingga saat ini, masih sering diziarahi makam dari Ragapadmi dan Bangsacara ini (N/F: Fahmi/Google.com)