Actasurya.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum koordinasi pencegahan terorisme (FKPT) menggelar acara Literasi Digital Sebagai Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat dengan mengusung tema “Saring Sebelum Sharing”, yang bertempat di Grand INNA Tunjungan, Surabaya, Rabu (26/9).
Setyo Pranowo selaku perwakilan BNPT mengungkapkan bahwa BNPT sebagai lembaga negara yang mendapatkan mandat menanggulangi masalah terorisme akan terus berupaya untuk menekan bentuk kejahatan luar biasa tersebut. Tidak hanya dengan tindakan secara tegas, namun juga melalui program-program dengan penanganan secara lunak seperti yang dilaksanakan hari ini.
Acara yang dimulai pukul delapan pagi dan dibuka oleh perwakilan dari BNPT dan FKPT ini, turut menghadirkan Jonathan Judhianto selaku perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Rendi Pahrun Wadipalapa salah satu dosen Fisip Unair, sebagai pemateri atas Perkembangan dan Dampak Media Sosial dalam Pencegahan Radikal Terorisme.
Selain itu tidak ketinggalan pula, hadir Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo (Stanlay). Ia membawakan materi mengenai Urgensi Penguatan Literasi Digital dalam Pencegahan Berkembangnya Radikalisme Teroris.
Dalam materinya, ia mengungkapkan bahwa tidak semua media memenuhi syarat, karena tidak berbadan hukum, menggunakan basis blogspot atau sejenis, serta adanya indikasi seseorang yang mencomot dari media lain, bahkan ada juga yang memalsukan nama media.
Hal tersebut menjadi sangat rawan masuknya tindakan radikalisme dan terorisme untuk menyebarkan informasi-informasi yang tidak benar. Masyarakat diharapkan bisa menyaring berita yang didapat sebelum membagikannya kembali.
Menurut Stanlay, terorisme sendiri muncul karena beberapa faktor, mulai dari perbedaan ideologi, alasan agama, dan kondisi sosial. Meski begitu, Stanlay tetap mengingatkan kepada para wartawan yang meliput tindakan terorisme agar berpegang pada peraturan dewan pers tentang pedoman peliputan terorisme.
“Ya, untuk mencegah dan menekannya kita kan sudah punya pedoman peliputan terorisme. Untuk wartawan yang meliput tindakan-tindakan terorisme harusnya berpegang dengan pedoman itu,” ujarnya.
Selama acara berlangsung, nampak antusiasme puluhan undangan dari beberapa kalangan, seperti duta damai, wartawan, dan mahasiswa dengan jurusan Desain Komunikasi Visual/Multimedia/Informasi Teknologi/Jurnalistik/Komunikasi/Pengurus/Anggota Pers Mahasiswa di Surabaya.
Acara yaang diselenggarakan oleh BNPT ini, ditutup dengan mengajak para peserta untuk bermain game yaitu membuat karya berupa meme dan cuplikan video yang berisi tentang pesan damai untuk Indonesia #cintaicinta. (N/F: Fitri)