actasurya.com – Ada yang berbeda di Pantai Ria Kenjeran Surabaya, Sabtu (5/12). Lamat-lamat terdengar alunan alat musik jawa. Suara itu semakin terdengar jelas kala memasuki tempat wisata ini. Gamelan, gong, dan gendang berkolaborasi. Suara yang khas akan budaya jawa pun seolah merasuki.
Aroma mistik dupa dan sabetan pecut sang pemain semakin menegangkan suasana. Satu per satu pemain muncul dihadapan puluhan penontonnya. Diawali dari empat orang penari Kuda Kepang yang berkeliling dan menari seperti mulai kerasukan. Bunga tujuh rupa juga ditaburkan pada tubuhnya. Asap dupa pun semakin pekat.
Acara Kuda Kepang atau yang biasa disebut dengan Kuda Lumping ini diadakan oleh pihak Pantai Ria Kenjeran. Pada Sabtu kemarin, Kelompok Seni Bayu Manggolo mendapatkan giliran untuk tampil. Kelompok seni ini menyuguhkan tarian-tarian dan berbagai atraksi. Seperti memakan pecahan kaca, memakan silet, hingga memakan ular hidup-hidup.
Jalan cerita dari tampilan seni ini, melamar Dewi Songgo Langit yang ada Prabu Wonosandono dan Patih Prabu Singo Barong. Didik Harianto, pimpinan Bayu Manggolo ini mengatakan, “Itu tadi hampir sama dengan reog. Hanya beda versi saja. Kalau reog dari Ponorogo, tapi ini dari Kediri.”
Pertunjukan seperti ini dilakukan tidak lain untuk melestarikan budaya. Anggita Purnama (20), salah satu wisatawan asal Lamongan sangat tertarik dengan acara yang berbau budaya seperti ini. “Aku seneng banget, baru pertama kali nonton atraksi kuda kepang di Surabaya. Biasanya liat teatrikal tentang pahlawan. Tapi ini beda banget,” ujarnya sembari menebar tawa. (N/F:Wawan/Noval)