Beberapa koleksi kain batik Gendongan yang dipajang pada dinding House of Sampoerna secara virtual (23/10).
Actasurya.com – Komunitas Batik Jawa Timur (KIBAS) bekerja sama dengan Galeri Paviliun House of Sampoerna, menggelar pameran batik dengan tajuk “Batik Gendongan Jawa Timur” yang dimulai pada 22 Oktober – 22 November 2020 secara dalam jaringan (Daring) “Galeri virtual ini memang benar-benar rill virtual,” jelas Ahmad salah satu anggota KIBAS.
Menurutnya, yang diperhatikan dalam pameran ialah interaksi, kognisi dan afektif. Ahmad mengatakan kebanyakan pameran virtual hanya memajang foto di dinding Instagram atau Website.
“Esensi dari sebuah pameran ialah unsur display yaitu bagaimana menata dan mengkontekstual sebuah karya seni di ruang pameran, yaitu melakukan kegiatan afektif dengan menjelajah ruang pameran tersebut,” terangnya.
Sebanyak 50 kain batik gendongan yang berasal dari Madura pedalaman dan pesisiran. Pameran batik gendongan Jawa Timur ini bertujuan untuk memberitahukan nilai-nilai budaya dan pentingnya batik gendongan di tengah masyarakat.
Lintu Tulistyantoro selaku ketua KIBAS menjelaskan bahwa fungsi batik gendongan ini tidak hanya untuk menggendoong bayi (anak), namun bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya.
“Tak hanya sebagai gendongan bagi, namun juga sebagai alat angkut yang bisa digunakan untuk membawa barang,” terang Lintu dalam konferensi pers, Rabu (21/10/2020) via Zoom.
Pengajar di Universitas Kristen Petra Surabaya ini, menerangkan bahwa motif yang tertera dalam kain batik gendongan itu memiliki makna kesuburan, kemakmuran dan perlindungan.
“Motif-motif pada gendongan ini berbicara tentang Kesuburan, kemakmuran dan perlindungan. Oleh sebab itu banyak wujud naga dalam motif gendongan, naga itu memiliki arti perlindungan,” beber Lintu Tulistyantoro.
Manager House of Sampoerna, Rani Anggraini berharap melalui pameran batik gendongan Jawa Timur ini. Dapat meningkatkan daya tarik generasi muda untuk mencari tahu nilai kultur batik di Indonesia pada umumnya.
“Semoga, pameran batik daring ini dapat menarik minat generasi milenial untuk menjelajahi dan mendalami ragam batik Indonesi. Serta nilai filosofisnya, selain menjadi penyemangat bagi pembatik untuk meneruskan tradisi. Juga menghasilkan karya warisan budaya yang memiliki nilai tinggi ini,” harapnya. (N/F: Max)