actasurya.com – Kelebihan Masjid Cheng Hoo tidak semata-mata dilihat dari bentuk bangunan dan sejarahnya saja. Melainkan juga terlihat dari fungsinya sendiri. Selain sebagai tempat beribadah dan juga pusat umat Islam, ternyata terdapat kelebihan lain dari diberdirikan masjid Tionghoa ini.
Salah satu takmir Masjid Cheng Hoo, Saiful Anwar menjelaskan, dengan adanya masjid ini membuat orang-orang non-muslim – seperti dari Tionghoa – lebih akrab dan merasa nyaman untuk berkunjung. “Mereka dapat datang kapan saja. Kita welcome,” katanya.
Seperti yang pernah dialami oleh Saiful. Tidak jarang orang-orang luar negeri yang juga non-muslim datang berkunjung. Mereka mengaku sangat senang dengan keterbukaan pihak pengelola masjid. Saiful menambahkan, kalaupun pakaian yang dikenakan para pengunjung terlalu terbuka, biasanya mereka diminta untuk menggunakan sarung untuk bawahannya, atau kain seperti di Bali untuk atasannya.
Pernah suatu ketika, terdapat pengunjung dari Singapura yang sengaja datang ke indonesia untuk melakukan penelitian skripsinya. Baik pihak yayasan maupun takmir sangat terbuka dan sangat membantu untuk menyelesaikan tugas itu hingga tuntas. Sekembalinya ke negara asalnya dan beberapa tahun kemudian, dia kembali.
Sungguh kaget, warga Singapura itu datang dan mengabarkan dirinya sudah masuk islam tak lama setelah dia lulus pendidikan S1-nya. Hal ini diakuinya, karena ada pelajaran berharga yang dia dapat selama melakukan penelitan dan mempelajari Islam dari Masjid Cheng Hoo. Ternyata Islam itu tidak seperti yang dikabarkan orang-orang dari negara asalnya. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.
Berlanjut, Saiful menerangkan pula, keterbukaan itu tidak hanya terhadap pengunjung yang datang. Tetapi juga terhadap lingkungan sekitarnya. Sebuah fakta yang cukup menakjubkan, ternyata Masjid Cheng Hoo Surabaya berdiri di tengah pemukiman masyarakat non-muslim. “Kita saling menghormati. Ketika di sini ada acara mereka toleransi. Kita pun juga berusaha memahami dan tidak menganggu,” terangnya.
Jemaah yang datang di sini biasanya berasal dari pegawai di Hi-Tech Mall dan kantor sekitar. Juga sebagian besar berasal dari organisasi yang ada di masjid ini, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). (N/F: Fahmi)