actasurya.com – Kita kerap melihat gambaran atau coretan di dinding di beberapa gedung di pinggir jalan atau di tembok jembatan. Orang-orang kemudian menyebutnya grafiti. Grafiti biasanya berisi kritik terhadap kehidupan sosial yang terjadi. Beberapa pegiat grafiti yang terkenal adalah Bramsky, asal Inggris.
Di Indonesia kita mengenal Darbotz dan Tuts. Darbotz dan Tuts telah mendunia. Lalu pada Jumat (29/6) kemarin ada Muhammad Erwinsyah Putra atau kerab disapa Pino. Ia menggelar pameran tunggalnya. Tapi kali ini, ia mengekspresikan karya grafitinya di dalam kanvas.
Pino menggelar pameran tunggal bertajuk “diversion”. Diversion, menurut Pino bertujuan menceritakan rutinitas kesehariannya dalam bentuk grafiti.
“Seperti keseharianku yang kerja kadang juga pusing karena kerja, penat, depresi itu aku tuanginnya di kanvas. Grafiti itu sudah mewakili keseharianku, ketika aku bosan atas semua yang aku kerjain,” ujar Pino.
Dalam gelarannya pino sempat menggambar grafiti on the spot di sisi samping pamerannya. Pameran yang digelar di Qubicle Suropati 84 berlangsung selama 7 hari ini menyedot antusiasme pemuda. Di mana banyak pemuda yang support dengan pameran seperti ini karena sangat jarang diadakan khususnya di Surabaya.
Seperti Choiril Anwar, salah satu pengunjung pameran itu, ia sangat mengagumi grafiti ini. “Acara ini menarik, kan ini pameran grafiti yang biasanya menggunakan media dinding namun mas Pino ini menggambarkan dengan media kanvas,” ujar Choiril.
Pino berharap dalam gelaran pamerannya kali ini bisa memotivasi grafiti yang ada. “ Grafiti itu gak hanya corat-coret di dinding dan membikin kotor ruang publik. Namun, di grafiti itu kita juga bisa bikin hal yang lebih, tidak hanya have fun aja karena grafiti itu juga butuh keseriusan,” ujarnya.
(N/F : Andhi, Adi)