Actasurya.com – Kita pasti pernah mendengar club motor besar dunia seperti Hell Angels, Mongols, Outlow, dan ada juga komunitas motor dunia yang berasal dari Indonesia yakni Satudarah. Komunitas Satudarah ini merupakan pemicu kemunculan komunitas-komunitas motor di Indonesia, salah satunya komunitas motor yang anggotanya dari orang penyandang disabilitas di Indonesia yakni, komunitas Disable Motor Indonesia (DMI).
Komunitas DMI mulai terbentuk sejak tanggal 10 November 2009, awalnya komunitas ini terbentuknya ketika anggota dari DMI ingin menikmati jembatan Suramadu menggunakan kendaraan khusus penyandang disabilitas.
“Awalnya kita tidak diizinkan untuk melewati atau berkendara di jalan raya, alasannya jalan raya hanya bisa dilewati oleh roda dua dan roda empat, berangkat dari situ kita melakukan kampanye bahwa kita punya wadah bagi penyandang disabilitas”,ucap Abdul Syakur pendiri Komunitas DMI.
Keresahan ini dirasakan kurang demokratis, pasalnya para penyandang disabilitas masih bisa mengendarai kendaraan bermotor dengan tertib di jalan. Dengan adanya larangan dari pihak kepolisian, para penyandang disabilitas dari berbagai daerah ini menginginkan pengendara kendaraan roda tiga agar legal berkendara di Indonesia
Maka dari itu, Abdul berinisiatif berdiskusi dengan kepolisian daerah Jawa Timur untuk memberikan ruang kepada penyandang disabilitas, kampanye tersebut dikabulkan dengan terbitnya UU no 22 pasal 80 tahun 2009 tentang LLAJ.
Peresmian UU ini direspon baik oleh komunitas DMI, karena dengan itu tertampungnya kreatifitas para disabilitas. Kreatifitas para disabilitas ini menjadi awal hasil produk inovasi anak bangsa yang harus dikembangkan, inovasi tersebut tercipta melalui trial atau sharing-sharing para anggota komunitas yang saat ini mempunyai 700 anggota dari berbagai daerah di Jawa Timur ini.
Sharing tersebut dilakukan oleh komunitas DMI setiap malam minggu secara rutin di Jalan Diponegoro. Sharing tersebut seringkali membahas mengenai onderdil serta perlengkapan khusus yang harus disediakan di motor modifikasinya. Tak hanya sharing, komunitas DMI juga ingin menunjukkan eksistensi komunitas motor bagi disabilitas di Indonesia.
Tak jarang komunitas DMI juga mengadakantouring bersama dengan anggota DMI Madura, Jember, Sidoarjo, dan Tuban. Setiap touring pasti ada kendala yang tak terduga, baik hanya berupa ban bocor dan lain sebagainya, kendala itu sudah biasa dialami namun sebelum berangkattouring anggota DMI juga selalu melakukan pengecekan keamanan kendaraannya.
Dari kegiatan touring yang diikuti oleh para anggota, kita bisa mengenalkan komunitas DMI, memotivasi para disabilitas yang belum mengetahui komunitas ini menjadi tujuan awal terbentuknya komunitas DMI. Selain itu anggota DMI ingin juga membuktikan kepada masyarakat Indonesia agar tidak menganggap remeh para penyandang disabilitas.
“ Monggo gabung, dengan komunitas kami. Jangan hanya berdiam diri dalam rumah. Dunia ini luas, indah, enak untuk jalan-jalan, sharingdengan pengalaman yang kita punya. Jangan patah semangat, jangan berkecil hati, semua sama,” demikian pesan yang disampaikan Abdul. (N/F: hni/dyf/ada)