Actasurya.com – Terik matahari seakan membakar kulit tubuhmu
Kau ayuh sepeda tua milik tetangga
Demi aku yang tak ingin mengerutkan wajah saat menunggu
Di malam menjelang pagi dengan dingin merasuk tulang
Kau hiraukan demi gigi tawa kami
Tapi aku
Lebih memilih menjama mall menginjak punggungmu
Tanpa peduli kau hancur demi bibir meronaku
Saat tiba di langit, Tuhan jatuhkan sekedip mata
Timpahan penyesalan serasa 1000 tamparan
Memaksa otak berbalik arah
Detak jantung tak lagi normal
Menahan air keluar basahi kulit pipi
Otot timbul dari tangan untuk menopang tubuh tak berdaya
Hingga emosi tak sanggup pada perpisahan
Kini
Seakan aku adalah engkau
Merelakan waktu
Hadapi hantaman demi kebutuhan hidup
Dengan kaki yang menyanggah tubuh
Dan punggung harus tegap, meski memikul beton
Penulis : Esti Widyana