actasurya.com – Dalam rangka ikut meriahkan HUT Jatim yang ke 72, Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) menggelar pameran lukisan ke-10 yang bekerjasama dengan Sanggar Merah Putih. Pameran ini digelar di Jatim Expo Surabaya pada 13-22 Oktober 2017.
Sebanyak 193 pelukis dan 8000 karya menempati 150 booth di pameran ini. Seluruh partisipan berasal dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya ada Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Lombok, Kalimantan Selatan, Jawa Timur. Tak hanya nasional, salah satu parrtisipan pameran bahkan berasal dari Belanda.
“Nantinya ada 6-8 ribu lukisan dijual. Yang datang nggak cuma dari Jawa Timur, tapi juga dari luar pulau seperti Kalimantan, Bali, bahkan ada yang dari Belanda,” ujar M Anis selaku ketua pelaksana.
Acara ini digelar dengan tujuan agar pembeli dan penjual dapat bertemu secara langsung untuk melakukan transaksi. Para penikmat seni lukisan bisa memilih langsung dan memesan karya seni sesuai yang diinginkan.
“Tujuannya, di sini pembeli dan penjual bisa mendapatkan harga yang cocok sesuai keinginan. Konsumen juga bisa bertemu langsung dengan pelukis dan melakukan transaksi,” imbuh Anis.
Acara Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) ke-10 ini dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Jatim, Gus Ipul. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa acara seperti ini harus terus berjalan dan berkembang. Pasalnya, PSLI kini menjadi satu-satunya event pasar lukis di Indonesia –khususnya di Jawa timur. “Dulu di Jakarta ada, tapi sudah mati. Sekarang tinggal di Jawa Timur ini satu-satunya,” ungkap Gus Ipul.
Gus Ipul juga mengungkapkan bahwa dalam pameran kali ini, hadir lukisan abstrak dan kontemporer yang turut memeriahkan suasana. Ini menandakan bahwa PSLI mulai dilirik pelukis yang selama ini terjebak oleh dikotomi lukisan idealis serta lukisan pasar.
M Anis selaku Ketua Sanggar Merah Putih sekaligus Ketua Panitia PSLI ini menuturkan, penjualan seni lukis diharapkan bisa meningkat daripada tahun lalu. Selain itu, pameran tahun ini juga diselenggarakan demi mengenang Leo Kristi, sehingga masyarakat bisa selalu mengabadikannya dengan turut mengikuti perkembangan PSLI.
Leo Kristi merupakan seorang pemusik yang selalu berkontribusi dalam setiap acara PSLI. Ia meninggal 21 Mei 2017 lalu akibat gangguan ginjal. ” Saya berharap hasil penjualan lukisan tahun ini bisa meningkat, dan kami (PSLI) juga akan mengenang hari-hari tanpa Leo Kristi,” ujar Anis.
Selain pameran karya lukis, juga diadakan beraneka kegiatan. Antara lain, mengenang pemusik Leo Kristi, lomba melukis untuk anak, festival musik dan dance tingkat SMA/SMK se-Surabaya dan pembacaan puisi. (N/F: Wisnu Priyo)