Samiatin seorang pedagang ikan asap di Kenjeran Surabaya. Meskipun sudah berumur 63 tahun, ia menjadi tulang punggung keluarga.
Actasurya.com – Samiatin (63), penjual ikan asap yang menjadi tulang punggung keluarga ini masih getir melakoni pekerjaannya, bersama keempat anaknya demi menyambung hidup mereka. Walau 10 tahun sudah ditinggal sang suami, tak membuat Samiatin patah arang dalam menjalani kehidupannya.
Ditemani anak-anaknya yang terdiri tiga laki-laki dan satu orang perempuan ini, tak membuat Samiatin merasa sendiri. Ketika waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB, ia bersama anaknya perempuan, yang kini telah berumah tangga. Mulai bersiap menjajakan hasil tangkapan dari ketiga anak laki-lakinya yang menjadi nelayan di sekitar pasar ikan asap Kenjeran, Jalan Tambak Wedi Lama No 10 Surabaya ini, hingga pukul 17.00 WIB.
Walau sudah 23 tahun menekuni pekerjaannya sebagai penjual ikan asap di pinggiran pantai Kenjeran tersebut, tak membuat ia di usia senjanya berhenti bekerja, demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang semua tak sempat tamat dari bangku Sekolah Dasar ini
“Meski sudah ditinggal suami, saya tetap bekerja walau agak berat, tapi dibantu sama anak-anak ” ujar Samiatin saat diwawancarai pada minggu (19/01).
Bila dilihat dari penghasilannya, Samiatin dalam sehari dapat meraup 100 hingga 200 ribu dan belum termasuk membeli ikan untuk dijual keesokan harinya “Kalau pembelinya ramai, paling banyak dapat 500 ribu, tetapi hari-hari lain yang sunyi, biasanya cuma 100 sampai 200 ribu. Tiap potongan ikan asap harganya dua ribu lima ratus rupiah” jelas Samiatin.
Wanita kelahiran Surabaya ini pun mengatakan, bahwa selama ia berjualan ikan asap hingga kini, tak pernah mendapat bantuan dari mana pun, baik dari pemerintah maupun warga sekitar, karena tidak mengerti “Tidak pernah dapat bantuan pemerintah, saya tidak mengerti, mereka tak pernah hadir di daerah ini” pungkasnya. (N/F: Mgg)