actasurya.com – Bangunan lawas berdominan warna coklat dengan aroma menyan, di tambah tak ada pengunjung yang berlalu lalang, juga adanya tulisan “dunia lain” di salah satu pintu yang turut menggambarkan situasi mistis membuat pengunjung semakin penasaran.
Di sambut dengan pintu klasik berkaca berwarna putih, dengan tirai kecekolatan membalut pintu utama museum. Rentetan lampu redup kekuningan membuat suasana terasa menengangkan. Di susul dengan adanya aneka ragam koleksi pengobatan alternatif, salah satunya pengobatan akupuntur, kostum dokter kuno, serta beberapa penghargaan yang diperoleh dari puslitbang ini. Di pintu kedua terdapat kursi roda jaman dahulu yang terbuat dari rotan, hewan yang diawetkan dan patung
Berbagai macam koleksi yang berbau mistis seperti jelangkung, nini towok serta aneka barang berbau santet tersedia di ruang tiga. Terdapat 3 pintu pada bangunan ini, yang setiap pintunya mempunyai nama yang berbeda sesuai dengan koleksi di dalamnya. Bangunan di museum ini masi sangat terawat, terlihat dari cat tembok yang masi bagus, serta lantai yang selalu bersih.
Museum ini diminati banyak kalangan, harga karcis yang terjangkau membuat pengunjung tidak berpikir dua kali untuk mengunjungi tempat ini, dengan Rp. 1500 kita dapat memasuki museum tersebut dengan leluasa. Pintu awal yang bertuliskan “Sejarah kesehatan” pengunjung di sambut dengan patung Ganesha, serta beberapa sejarah awal kesehatan yang ada di Indonesia.
Memasuki pintu-pintu berikutnya, kita akan melihat beberapa koleksi di museum ini, tidak hanya koleksi medis tetapi ada koleksi non medis juga. Koleksi medis antara lain, alat perekam jantung, alat penggugur kandungan, alat operasi mata dan masih banyak lainnya. Alat non medis juga ada disini misalkan komputer pada jaman dahulu, mesin ketik dan banyak lainnya. Beberapa koleksi hewan yang sengaja di awetkan yang konon katanya hewan tersebut dapat menularkan penyakit.
Pintu yang bertuliskan “dunia lain” ini tidak semua pengunjung berani memasukinya, karena di dalam nya terkenal horror, pernah ada cerita salah satu pengunjung yang kerasukan di dalam “dunia lain” dikarenakan ada makhluk tak kasat mata yang menempati ruangan tersebut
Koleksi dari museum juga bukan murni koleksi dari rumah sakit itu sendiri, melainkan sumbangan dari beberapa rumah sakit yang ada di Indonesia. Meskipun dominan dengan koleksi dari Jawa Timur sendiri.
Salah seorang pengunjung yang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas lima, mengungkapkan kesenengannya dalam mendatangi tempat sejarah tersebut. Bahkan ia kerap berkunjung ke Museum Kesehatan ini saat menjelang Ujian Sekolah di sebabkan karena ada pelajaran yang membahas isi dari museum.
Ide pembangunan tempat ini, karena banyaknya alat medis yang sudah tidak digunakan serta tidak terawat. Dr. Harjadi Suprapto selaku pensiunan dokter di rumah sakit kelamin ini, membuat ide untuk dibuat museum kesehatan. Museum yang diberi nama museum kesehatan Dr. Adyatma ini sebagai bentuk penghargaan terhadap Dr. Adyatma salah satu dokter kesehatan pada masa itu.
Museum yang di bangun sekitar tahun 1990, baru di resmikan pada tahun 2004. museum ini menempati kawasan Rumah Sakit Kelamin, yang dulu merupakan rumah sakit kelamin terbesar se Asia tenggara. Museum satu kompleks dengan P3SKK (Pusat Penelitian Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan) Depkes RI dan Akademi Akupuntur Surabaya. Masyarakat mengenal museum ini dengan sebutan museum Santet.
Banyak yang mengira kawasan yang ada di sekitar museum adalah milik Museum Kesehatan secara keseluruhan. Padahal hanya beberapa ruang yang menjadi lokasi museum. “Pengunjung mengira, ini semua museum mbak, tapi ya gapapa lah kalo mereka belum tau semua,” ujar Lia selaku humas Puslitbang. Tak hanya museum dan kantor puslitbang saja, disana juga terdapat kantin, musholla, serta tempat check up.
Museum ini terletak di ujung barat Surabaya, tepatnya Jalan Indrapura no 17 Surabaya. Menurut humas dari puslitbang yang merupakan satu kompleks dengan museum menuturkan kurangnya SDM yang ada di museum ini membuat pengunjung kurang mengetahui dari asal-usul koleksi di museum tersebut.” Kita tidak asal aja mbak cari pegawai. Soalnya kita langsung dari Menkes (Menteri Kesehatan), Pemkot Surabaya sudah tidak lagi berwenang” ujar humas Museum Kesehatan.
Kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada di museum ini, mengakibatkan museum tidak buka ketika weekend. Tempat wisata penuh serta murah meriah bisa dipastikan ramai ketika musim libur atau sabtu-minggu. Namun adanya kendala ini, membuat museum hanya buka setiap hari senin-jumat pukul 08.00-15.00. (N/F : Hanim)