actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook Twitter Instagram
TRENDING
  • Sepenggal Kisah Museum Pahlawan
  • Kebebasan Pers Dibungkam LPM Lintas Ajukan Gugatan
  • Ngonten Bareng Warga, Bentuk Upaya Optimalisasi Potensi Wisata Bahari Sontoh Laut
  • Lomba Dayung Sampan, Bentuk Promosi Wisata Air Sungai Kalimas
  • Surabaya Vaganza, Wujud Kebangkitan Ekonomi Kota Pahlawan
  • Festival Rujak Kembali, Setelah Vakum Selama Pandemi
  • RRI Pro 2 Goes To Campus, Gelar Talkshow di Kampus Wartawan
  • Sirikit Syah Berpulang, Kampus Pencetak Wartawan Berduka
Facebook Twitter Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»FEATURES»Profesiku, Jodohku
FEATURES

Profesiku, Jodohku

redaksiBy redaksi20 Mei 2013Tidak ada komentar2 Mins Read
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

actasurya.com – Jenggotnya memutih, kulitnya mulai keriput. Di usianya yang mencapai 59 tahun, semangatnya masih bergelora, untuk mengais rezeki. Setiap pagi, dia membuka kios kecilnya.

Syamsul Islam, penjahit di Pasar Indah, Taman Wisata Prigen, yang menekuni usahanya sejak tahun 1980an. Mulai dari terbitnya sang fajar hingga larut malam, dengan sabar dia menunggu pelanggan datang ke kios kecilnya, yang tak lain adalah rumahnya.

Kini pendapatannya tak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Tak seramai seperti pada tahun 80-90an, yang omsetnya bisa mencapai tiga kali lipat dari sekarang. Meski cenderung sepi, namun Syamsul masih memiliki pelanggan tetap.

Pelanggan tersebut datang dari Hotel Raya dan Hotel View. “Biasanya dari Hotel Raya dan Hotel View memesan seragam karyawan yang berjumlah 100 pasang. Dan per pasangnya dihargai Rp 60ribu,” tutur Syamsul sambil merapikan jahitan.

Syamsul kini haya bisa mengharapkan masa jayanya akan terulang di kemudian hari. Apalagi saat-saat bulan puasa tiba. “Dulu menjelang puasa, lebaran dan masuk sekolah banyak order. Sekarang yang bisa dijagakan hanya menjelang masuk sekolah karena banyak pakaian jadi,” kata Syamsul sambil mennghisap rokoknya.

Lesunya pendapatan pria asal Sukorejo pada masa sekarang, tak membuatnya berpikir banting setir. Itu tak lain karena alasan modal. “Saya sudah terlanjur cinta dengan usaha dan bidang ini. Meski sepi, tidak ada rencana untuk pindah usaha, karena sekali lagi terbentur dengan masalah modal,” ujar pria yang punya satu anak laki-laki itu.

Tak hanya itu, berkat profesi ini, ia mendapatkan jodoh yang memiliki profesi sama sebagai penjahit. Dari pernikahannya, dia dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Ario Eko Andilala, yang saat ini berusia 28 tahun. Saat ini anak laki-lakinya tinggal di daerah Trenggilis, Surabaya.

Bersama istrinya Asmania, dia mengelolah usahanya sampai sekarang. Selain berprofesi sebagai penjahit, Syamsul juga memiliki profesi lain yaitu sebagai imam di masjid Nurul Huda, yang terletak di belakang Pasar Indah.

naskah dan foto : Ayu Puspitaningtyas

Mahasiswa Penjahit Pres Profil Surabaya
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website

Related Posts

Sirikit Syah Berpulang, Kampus Pencetak Wartawan Berduka

27 April 2022

Turun Andil, “Front Muda Revolusioner” Suarakan Aspirasi Melalui Jurnal

15 April 2022

Misteri dibalik Hotel Niagara: Three Beautiful Ghost

9 Juni 2021

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook Twitter Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2022 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.