actasurya.com – Jenggotnya memutih, kulitnya mulai keriput. Di usianya yang mencapai 59 tahun, semangatnya masih bergelora, untuk mengais rezeki. Setiap pagi, dia membuka kios kecilnya.
Syamsul Islam, penjahit di Pasar Indah, Taman Wisata Prigen, yang menekuni usahanya sejak tahun 1980an. Mulai dari terbitnya sang fajar hingga larut malam, dengan sabar dia menunggu pelanggan datang ke kios kecilnya, yang tak lain adalah rumahnya.
Kini pendapatannya tak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Tak seramai seperti pada tahun 80-90an, yang omsetnya bisa mencapai tiga kali lipat dari sekarang. Meski cenderung sepi, namun Syamsul masih memiliki pelanggan tetap.
Pelanggan tersebut datang dari Hotel Raya dan Hotel View. “Biasanya dari Hotel Raya dan Hotel View memesan seragam karyawan yang berjumlah 100 pasang. Dan per pasangnya dihargai Rp 60ribu,” tutur Syamsul sambil merapikan jahitan.
Syamsul kini haya bisa mengharapkan masa jayanya akan terulang di kemudian hari. Apalagi saat-saat bulan puasa tiba. “Dulu menjelang puasa, lebaran dan masuk sekolah banyak order. Sekarang yang bisa dijagakan hanya menjelang masuk sekolah karena banyak pakaian jadi,” kata Syamsul sambil mennghisap rokoknya.
Lesunya pendapatan pria asal Sukorejo pada masa sekarang, tak membuatnya berpikir banting setir. Itu tak lain karena alasan modal. “Saya sudah terlanjur cinta dengan usaha dan bidang ini. Meski sepi, tidak ada rencana untuk pindah usaha, karena sekali lagi terbentur dengan masalah modal,” ujar pria yang punya satu anak laki-laki itu.
Tak hanya itu, berkat profesi ini, ia mendapatkan jodoh yang memiliki profesi sama sebagai penjahit. Dari pernikahannya, dia dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Ario Eko Andilala, yang saat ini berusia 28 tahun. Saat ini anak laki-lakinya tinggal di daerah Trenggilis, Surabaya.
Bersama istrinya Asmania, dia mengelolah usahanya sampai sekarang. Selain berprofesi sebagai penjahit, Syamsul juga memiliki profesi lain yaitu sebagai imam di masjid Nurul Huda, yang terletak di belakang Pasar Indah.
naskah dan foto : Ayu Puspitaningtyas