Dagingnya yang empuk, Aromanya yang harum,
Di siram dengan kuah kecap yang di campur dengan
Air jeruk nipis, cuka dan di campur dengan irisan bawah merah
actasurya.com – Sate Klatak berasal dari Kota Yogyakarta. Kata “klatak” sendiri diambil dari bunyi bara api ketika membakar sate. Sate ini ikut menjadi salah satu menu pada event festival kecap Bango yang digemari pengunjung. Sate Klatak ini berbeda dengan sate yang lainnya, karena proses pembakarannya menggunakan tusuk besi yang membuat daging kambing ini menjadi lebih empuk saat digigit dan dikunyah.
Selain itu, bumbu sate biasanya terbuat dari kacang, tetapi ini disiram menggunakan dengan kuah kecap yang di campur dengan air jeruk nipis, cuka dan dicampur dengan irisan bawah merah. Tersedia dua varian, bumbu kecap yang tidak pedas dan ada yang sudah pedas walaupun tanpa ditambah cabe. Satu tusuk sate berisi enam potongan daging kambing yang berukuran besar.
“Sate ini yang membedakan dengan yang lainnya terdapat pada bumbunya, cara membakarnya yang menggunakan ruji besi dan juga pada ukuran potongan dagingnya sehingga proses pematangannya maksimal hingga ke dalam,“ ucap Indah, pemilik rumah makan sate klatak ini.
Rumah makan klatak ini berdiri sejak tahun 1995. Rasa yang ditawarkan juga berbeda dengan yang lainnya, karena pada saat akan dibakar daging tersebut dilumuri oleh air rendaman bawang putih yang menyebabkan daging tersebut menjadi lebih gurih.
Selain daging yang di tawarkan, ada juga jeroan kambing yang digunakan untuk sate. Harga yang ditawarkan untuk warga Surabaya juga tidak terlalu mahal. Satu porsi isi dua tusuk sate sama nasi seharga Rp 20 ribu, sedangkan kalau di Yogyakarta sendiri seharga Rp 25 ribu.
Banyak dari warga Surabaya yang ingin merasakan sate klatak ini, mulai anak-anak,remaja hingga orang tua. Bisa di bilang bahwa sate klatak ini sukses membuat penasaran warga Surabaya dan berhasil membuat pengunjung ingin mencoba rasa khas dari makanan ini.
“Potongan dagingnya besar-besar, bumbunya juga unik tapi rasa yang diberikan cukup membuat lega karena setelah menunggu antrian banyak,” kata Melani, salah satu pengunjung yng juga penggemar makanan sate asal Wonokromo. N/F: SAMSUL ARIFIN