Andie Peci, dibantu rekannya membakar naskah UU Cipta Kerja, di hadapan massa aksi (10/11).
Actasurya.com – Gerakan Tolak Omnibus Law (GETOL) tergelar bertepatan di hari pahlawan 10 November 2020 pada Selasa sore. Berlokasi di depan Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Kota Surabaya. Acara ini mengusung konsep festival rakyat yang partisipannya berasal dari berbagai kalangan buruh, petani dan mahasiswa.
Dalam Festival rakyat ini, menyiapkan lapak baca, lapak sablon ditempat, lapak hasil bumi oleh petani, pengumpulan cap tangan tolak omnibuslaw, pameran foto dokumentasi atas aksi Gerakan tolak omnibuslaw (GETOL) sejak awal 2020, perlawanan petani, warga pakel di Banyuwangi hingga Paramedis jalanan Surabaya.
Panggung rakyat disediakan, didepan Taman Apsari yang kemudian diisi oleh serangkaian penampilan. Diantaranya teatrikal dari mahasiswa bergerak surabaya, pantonim dari solidaritas perjuangan buruh indonesia (SPBI) dan Orasi dari para buruh di Jawa timur.
Salah seorang pejuang Getol, Andie peci atau yang Perwakilan dari Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) ini, mengatakan bahwa sekarang Indonesia tengah dihadapkan pemerintahan terkotor dalam pengupahannya.
“Ini adalah pemerintahan terkotor dalam pengupahan di Indonesia,” tegas cak Andie, sapaan akrabnya.
Tak hanya itu, diakhir orasinya Pentolan bonek itu meminta beberapa perwakilan buruh, dari massa aksi untuk membantunya membakar naskah Undang-Undang Cipta Kerja dihadapan para massa aksi.
Melalui akun twitternya @andiepeci, mengatakan. Bahwa Kejahatan Presiden dan ketua DPR ialah menghapus pasal 90, yang artinya tidak ada kewajiban bagi pengusaha untuk membayar upah buruh sesuai aturan.
“Kejahatan terbesar Jokowi dan Puan Maharani adalah Menghapus pasal 90. Tidak ada kewajiban bagi pengusaha untuk membayar upah buruh sesuai aturan. Akan selalu kami ceritakan ke generasi kelak, Bahwa negeri ini punya Presiden dan Ketua DPR penindas kaum buruh,” tulisnya dilaman Twitternya pada (10/11). (N/F: Frd)