actasurya.com – Setelah menggelar Orasi Jilid I di depan gedung Grahadi Surabaya pada 13 April yang lalu. Perkumpulan Unit-Unit Reog Ponorogo Surabaya (PUR-BAYA) kembali melakukan Orasi Jilid II didepan Gedung DPRD Provinsi Jawa Timur pada Senin, 25 April 2022. Orasi Kali ini bertujuan untuk mendukung penuh bahwa Reog Ponorogo adalah milik bangsa Indonesia agar bisa menjadi warisan budaya yang tak berbenda diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) .
Aksi ini dimulai dari Tugu Pahlawan pukul 09.00 WIB. Peserta aksi berasal dari banyak pegiat seni Reog Ponorogo. Antara lain Javanese Culture, Komunitas Cemeti Surabaya, dan masih banyak lagi. Salah satu perwakilan tim pengusul seni pertunjukan Reog dari Pemkab Ponorogo. Hamy Wahjunianto mengatakan bahwa aksi kali bukan unjuk rasa melainkan unjuk budaya.
“Sekali lagi saya tekankan bahwa ini bukan unjuk rasa. Saya meng-istilahkan dengan unjuk budaya, ini lho Reog Ponorogo, asli ponorogo, asli Indonesia yang masih rawan di klaim negara lain untuk sekarang. Mungkin pernah diklaim pada 2007, bisa saja diklaim kembali di masa depan,” Ujarnya.
Dia menambahkan bahwa hal ini tidak akan terjadi jika Reog Ponorogo ditetapkan sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO. Sehingga klaim-klaim yang ada pasti akan gugur atau dengan kata lain tidak akan bisa diklaim negara lain. Dirinya juga menyesalkan dengan prioritas yang tidak tepat ketika kebudayaan yang diklaim negara lain, tidak segera di daftarkan ke ICH UNESCO berdasarkan penilaian terhadap budaya lainnya.
“Apabila sudah tercantum kedalam ICH UNESCO maka otomatis tidak akan bisa diklaim negara lain. Saya juga menyayangkan dengan prioritas yang tidak sesuai. Padahal secara penilaian berkas, Reog Ponorogo tidak memiliki catatan apapun jika dibandingkan dengan budaya lainnya saat kita menghadiri di Kantor Staf Presiden (KSP),” Kata Pria berkacamata tersebut.
Pernyataan yang sama pun juga dilontarkan oleh Ketua PUR-BAYA, Ir Siswandi. Ia mengatakan bahwa pemerintah harus serius memperhatikan kesenian Reog. Karena masih ada pihak lain yang ingin mengklaim Reog tersebut.
“Kesenian Reog ini adalah milik Indonesia, jangan ada negara lain atau pihak manapun yang berani mengklaim atau mendaftarkan Reog sebagai miliknya,” Ucap pria berkumis ini.
Siswandi menyesalkan pemerintah yang lebih memilih tari Barong untuk didaftakan ke UNESCO ketimbang Reog. padahal, tarian Barong merupakan bagian dari Reog.
Siswandi (tengah) saat diwawancarai oleh awak media di depan gedung DPRD Provinsi Jawa Timur (25/04)
“Padahal tari Barong merupakan bagian dari Reog juga, kenapa malah tari Barong yang didaftarkan bukan Reog nya,” Pungkasnya.
Tak hanya itu, Banyak masyarakat yang menyaksikan unjuk budaya ini. Orasi reog ponorogo pun berjalan kondusif dan berakhir pada pukul 16.00 WIB.
(N/F: Dae/Dok.Pribadi)