
Miniatur manusia di zona Praaksara yang ada di Museum Pendidikan Surabaya.
Actasurya.com – Kota Surabaya, dikenal sebagai kota metropolitan nomor dua setelah ibu kota Jakarta, dimana sejarah perkembangannya berhasil direkam melalui adanya Museum Pendidikan, yang baru diresmikan pada 25 November 2019 lalu. Museum terbagi menjadi 4 masa yang disebut zona, yaitu Praaksara, Kerajaan, Kolonial dan Kemerdekaan.
Bangunan museum Pendidikan awalnya merupakan bekas dari sekolah cabang taman siswa, yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922 berpusat di Yogyakarta. Gedung yang kini telah berusia 98 tahun ini, sempat terbengkalai dan akhirnya Pemerintah Kota (Pemkot) berinisiatif untuk membangun museum Pendidikan Surabaya.
Sampai saat ini, menurut penjaga museum Achmad Syaifuna, koleksi yang terpajang kurang lebih 500 dan belum terekspos sekitar 900 koleksi, seperti Birama manusia purba, kemudian alat-alat pendidikan jaman dahulu dan kebutuhan sekolah di waktu itu. Dalam mengkoleksi barangnya, pengurus museum sempat hunting di berbagai kota, seperti Yogyakarta, sebagian dari alumni yang bersekolah di era itu dan beberapa sekolah di Surabaya, seperti SMAN 5 Surabaya.
“Untuk saat ini dalam masa perkembangan, contohnya barang koleksi seperti alat tulis, buku, materi dan sebagainya,” urainya.
Lokasi yang dekat dengan taman Ekspresi, bisa menjadi tempat parkir, karena terdapat lahan kosong, meski jaraknya cukup jauh dari museum. Walau begitu, masyarakat masih antusias mengunjungi museum ini, dan terdapat beberapa ikon yang digemari oleh pengunjung yaitu area jaman Praaksara dan Kemerdekaan, seperti yang dirasakan oleh Prasasti Sarwi Suci sebagai pengunjung.
“Tidak banyak orang mengetahui museum, karena dari sisi keadaan tempat dekat dengan tikungan,” jelas Sasti, pengunjung asal Surabaya.


Dari adanya pembukaan museum baru, dapat diharapkan warga serta masyarakat baik dari di dalam maupun luar Surabaya, dapat mengetahui sejarah dan perubahan dari kota hiu dan buaya ini.
Disini juga banyak spot untuk berfoto buat kebutuhan sosial media, dimana museum tidak melarang dan tidak dipungut biaya sama sekali.
Berdirinya museum baru ini agar membuka wawasan lebih luas mengenai peninggalan dan sejarah, khususnya di Surabaya.
“Ya tujuannya, agar masyarakat mengetahui perubahan dari jaman dulu ke jaman sekarang,” tutup Achmad. (N/F:Mgg)