actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook Twitter Instagram
TRENDING
  • Kenali Citra Kota Surabaya Lewat Himmarfi Basic Training 2022
  • Malam Hana-Caraka, Awal Perubahan Stigma Negatif Kampung
  • Lengak-Lengok Komunitas Wanita Bersanggul Indonesia di peringatan Hari Sumpah Pemuda
  • Destinasi Wisata Lama Surabaya Yang Kini Kembali
  • Kuliner China di Kya-Kya Kembang Jepun
  • Peka Terhadap Era Digital dan Kebutuhan Milenial
  • Parade Surabaya Juang Jadi Simbol Nostalgia Perjuangan
  • Inovasi Unik Mie Ayam Cak Mad
Facebook Twitter Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»BERITA»Malam Hana-Caraka, Awal Perubahan Stigma Negatif Kampung
BERITA

Malam Hana-Caraka, Awal Perubahan Stigma Negatif Kampung

redaksiBy redaksi5 Januari 2023Tidak ada komentar3 Mins Read
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Actasurya.com – Mendengar Hana-Caraka yang kita pahami pertama yaitu adalah salah satu aksara Jawa. Namun hal ini malah menjadi inspirasi warga kampung Jagir Sidoresmo gang 5 Surabaya untuk dijadikan tema acara yaitu Malam Hana-Caraka pada 31 Desember 2022. Meski baru pertama kali dilaksanakan, hal ini dilakukan untuk mengubah stigma negatif mengenai kampung tersebut sekaligus untuk memeriahkan suasana tahun baru.

Danang Putra, selaku pencetus ide dan koordinator dari acara ini mengatakan bahwa Malam Hana-Caraka ini dilakukan untuk mengubah stigma kampungnya yang sudah negatif sejak tahun 1990-an. Bahkan sudah terkenal sebagai kampung bandar mulai dari narkoba, judi hingga minuman keras. Oleh karena itu, dengan diadakannya malam Hana-Caraka ini yaitu lewat kesenian dan kebudayaan bisa merubah hal buruk tersebut.

“Kampung ini sudah jelek namanya. Sampai sampai disebut kampung bandar. Oleh karena itu, kami ingin mengubah stigma negatif tersebut melalui kesenian dan kebudayaan, contohnya dengan teater ini,” katanya.

Danang menuturkan untuk tema sendiri mengambil “Hana-Caraka” dikarenakan itu merupakan diksi yang menunjukkan berbagai pertunjukan di dalamnya. Sedangkan untuk puncak acaranya yaitu penampilan teater mengambil tema “Malin Kondang”. Didalam penampilan teater ini juga diselipkan berbagai sarkas untuk warga kampung disana.

“Sebenarnya itu merupakan diksi yang menunjukkan runtutan dari acara tersebut. Misal pertunjukan pertama itu Hana-Caraka. Lalu pertunjukan kedua Data-Sawala dan seterusnya. Sedangkan untuk tema teater sendiri mengambil dari cerita Malin Kundang yang diplesetkan menjadi Malin Kondang. Didalamnya juga disisipkan sarkas untuk warga disini,” tuturnya.

Malam Hana-Caraka ini dimulai dengan lomba menggambar untuk anak-anak di kampung tersebut untuk mengetahui sejauh mana potensi mereka didalam seni. Lalu dilanjutkan musik yang diisi oleh karang taruna, puisi, dan terakhir yaitu teater. Acara ini diisi sekitar 10-12 orang yang berpartisipasi didalamnya.

Pria satu ini juga menjelaskan bahwa teater yang mereka tampilkan hanya membutuhkan waktu persiapan yang singkat yaitu satu bulan. Dan, hebatnya untuk durasi latihan hanya empat kali pertemuan. Tidak ada kesulitan dalam prosesnya karena mereka juga sangat menikmati proses latihan.

“Persiapannya hanya satu bulan, namun hanya empat kali pertemuan dalam sebulan itu. Awalnya sih, mengira bahwa akan kesulitan dalam proses latihan. Namun, dengan seiring berjalannya waktu, mereka sangat menikmati. Dari latihan vokal, ekspresi, dan lain-lain,” jelasnya.

Dia berharap bahwa kegiatan yang positif seperti ini bisa terus dikembangkan dan dipertahankan kedepannya. Semua ini demi kebaikan, masa depan yang lebih baik bagi anak-anak. Agar semua yang telah ditanamkan secara baik juga bisa mendapatkan efek yang baik juga.

“Saya berharap agar kegiatan positif ini dapat kita jaga, pertahankan, dan kembangkan untuk selanjutnya. Semua hal yang dilakukan ini agar bisa menjadi efek yang baik juga. Karena dengan menanam kebaikan pasti juga akan mendapat efek baik. Bukan hanya itu, semua ini juga untuk kebaikan masa depan dari anak-anak agar terus memberikan hal positif,” harapnya.

Oktafian Ramadhan, salah satu partisipan dalam acara ini memberikan respons yang positif dengan diadakannya Malam Hana-Caraka ini. Dia juga ikut tampil dalam pertunjukan teater tersebut. Menurutnya, dengan belajar teater sangat seru dan bisa menghibur orang lain. Walaupun dalam proses latihan sedikit kesulitan.

“Seru sih, seneng juga bisa menghibur orang-orang. Walaupun waktu latihan kemarin kesulitan dalam hal improvisasi dan vokal,” ujarnya.

Pelajar SMAN 16 Surabaya ini memberikan harapan dengan terselenggaranya acara ini bisa merubah stigma kampung. Yang dulu buruk agar bisa menjadi baik. Dia juga berharap agar bisa tampil di tempat yang lebih besar.

“Harapanku agar stigma kampung ini bisa berubah. Dulu buruk bisa jadi baik dengan merubahnya menjadi kampung seni. Aku juga berharap agar bisa tampil di tempat yang lebih besar,” pungkasnya.

 

N/F: Dae/Dok.Pribadi

 

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website

Related Posts

Kenali Citra Kota Surabaya Lewat Himmarfi Basic Training 2022

11 Januari 2023

Destinasi Wisata Lama Surabaya Yang Kini Kembali

28 Desember 2022

Parade Surabaya Juang Jadi Simbol Nostalgia Perjuangan

10 November 2022

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook Twitter Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.